Strategi Peningkatan Keterampilan Untuk Mempersiapkan Sdm Indonesia Menghadapi 2045

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
Strategi Peningkatan Keterampilan untuk Mempersiapkan SDM Indonesia Menghadapi 2045 : Seorang penduduk mengakses laman situs Prakerja di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Rabu (12/101/2022).(ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas)

VISI Indonesia 2045 mencerminkan cita-cita besar untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi tepat pada seratus tahun kemerdekaannya. Saat ini, Indonesia telah mencapai status negara berpenghasilan menengah, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi nan kuat dan penurunan signifikan dalam nomor kemiskinan ekstrem. Namun, Indonesia tetap perlu memperbesar populasi kelas menengah sebagai pendorong utama pembangunan dan langkah strategis menuju status negara berpenghasilan tinggi di tahun 2045.

Kita tidak punya banyak waktu, bingkisan demografi Indonesia diperkirakan bakal terjadi pada tahun 2030. Sesudah itu, rasio antara masyarakat usia produktif dengan masyarakat usia tidak produktif bakal terus menurun. Pada tahun 2041, diperkirakan jumlah masyarakat usia non-produktif bakal melampaui masyarakat nan produktif. 

Agar pertumbuhan kesejahteraan per kapita Indonesia terus naik, kita kudu memastikan masyarakat usia produktif ini mempunyai produktivitas (gaji/pendapatan) nan tinggi. Faktanya, dengan jumlah masyarakat mencapai 280 juta jiwa dan 152 juta orang angkatan kerja pada 2024 ini, rata-rata bayaran pekerja baru mencapai Rp3.267.618 per bulan, tetap jauh dari standar bayaran nan menjadi syarat Indonesia untuk menjadi negara maju ialah Rp10.000.000 per bulan alias US$10.000 per tahun tahun. 

Tantangan lainnya adalah dari sisi pasar kerja. Menurut laporan “Future of Jobs Report” oleh World Economic Forum, kepintaran buatan, otomatisasi, dan transisi ramah lingkungan dengan sigap mengubah lansekap pasar kerja. Disebutkan juga bahwa pada tahun 2027, 23% pekerjaan bakal berubah, dan diperkirakan bakal ada 69 juta pekerjaan baru. Bahkan, LinkedIn Indonesia memperkirakan 41% skills nan dibutuhkan bakal berubah selama 2015-2025. Jadi, kita kudu memastikan SDM kita mempunyai skill nan tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasar. 

Hasil survei Linkedin 2023 menyebut keterampilan nan dibutuhkan pada suatu pekerjaan berubah hingga 65% sekitar 5 tahun lagi akibat dampak disrupsi AI. Ini berfaedah keahlian nan dimiliki saat ini mungkin tidak bakal relevan lagi dalam beberapa tahun ke depan. Kesenjangan alias gap keahlian nan dimiliki angkatan kerja kita bakal semakin melebar dengan tuntutan pasar kerja. 

Kondisi ini menegaskan pentingnya program peningkatan keahlian selepas pendidikan formal. Sehingga ada transisi nan mulus dari bumi pendidikan ke bumi kerja. Sejak 2020 Prakerja telah menjadi salah satu program pemerintah nan difokuskan untuk peningkatan skill, reskilling, maupun upskilling dalam corak danasiwa training dan dirancang untuk memberikan training berbasis kebutuhan pasar agar peserta tetap kompetitif dan produktif. 

Dengan pendekatan nan inklusif dan ekosistem nan kuat, serta sistem berbasis digital nan memastikan aksesibilitas nan luas, Prakerja telah menjadi instrumen vital bagi angkatan kerja Indonesia.

Direktur Eksekutif Prakerja, Denni Puspa Purbasari mengatakan, selama lima tahun berjalan, Prakerja telah konsisten memanfaatkan kesempatan emas peningkatan kualitas SDM Indonesia. 

“Hasil survei pertimbangan nan dilakukan Prakerja di 2024 menunjukkan bahwa 92% peserta Prakerja menilai Program Kartu Prakerja dapat meningkatkan keahlian mereka,” ungkapnya, Senin (23/12). 

Hal ini diperkuat oleh Studi DEFINIT-Asian Development Bank pada tahun 2023 nan menyebut Prakerja berakibat terhadap peningkatan keterampilan, kompetensi dan produktivitas sebesar 83%. Prakerja juga berkontribusi pada peningkatan pendapatan penerima  sebesar 15,6-17,6% lebih tinggi dibanding non-penerima, alias sebesar Rp234.000 - Rp264.000 per bulan secara rata-rata (Studi SVARA Institute, 2023).

Menghadapi kesempatan masa depan, Prakerja memandang bahwa strategi pengembangan kualitas SDM Indonesia tidak bisa hanya menggunakan satu metode nan fit for all untuk peningkatan skill. Karena itu, sejak 2020, Prakerja konsentrasi pada penyediaan skilling melalui Initial Vocational Education and Training (IVET), serta upskilling dan reskilling melalui Continuous Vocational Education and Training (CVET), dengan menawarkan jalur pembelajaran elastis nan sesuai dengan kebutuhan pembelajar. Strategi ini cocok dan patut untuk terus diimplementasikan di Indonesia. 

Adapun Prakerja sebagai IVET berkedudukan dalam menyediakan akses bagi perseorangan nan baru lulus sekolah alias perguruan tinggi maupun bagi mereka nan belum mempunyai pengalaman kerja. Pelatihan nan ditawarkan mencakup keahlian nan berkarakter esensial seperti soft skills dan keahlian teknis. 

Sementara itu, Prakerja sebagai CVET mencakup training berkepanjangan nan dirancang untuk pekerja nan sudah berada di pasar kerja, bermaksud untuk meningkatkan alias memperbarui keterampilan. Sehingga, selain pencari kerja, para pekerja alias wirausaha nan mau meningkatkan kompetensi untuk memenuhi tuntutan pasar kerja nan dinamis, maupun masyarakat nan mau berganti pekerjaan alias memperluas skill dalam bagian baru, dapat memperoleh akses ke training berkualitas. 

Teknologi seperti kepintaran buatan alias AI, juga secara aktif diadaptasi oleh Prakerja dalam sistem operasionalnya dan berpotensi untuk terus dikembangkan. AI ke depannya dapat semakin memaksimalkan sistem pembelajaran adaptif juga pemberian rekomendasi dan perencanaan karir secara menyeluruh. 

Selain itu, teknologi machine learning juga diimplementasikan untuk menghubungkan para pencari kerja dengan kesempatan nan tepat melalui portal kerja dalam ekosistem Prakerja. Dengan mempertimbangkan lokasi, minat, keterampilan, serta pengalaman, sistem ini menawarkan rekomendasi nan relevan bagi pekerja dan pemberi kerja. Hasilnya, terwujud ekosistem pasar kerja nan efisien, di mana kebutuhan tenaga mahir untuk mendukung beragam program prioritas Indonesia dapat terpenuhi, sekaligus memberdayakan angkatan kerja Indonesia secara berkelanjutan.

Prakerja adalah program Government-to-Person (G2P) 3.0 pertama di Indonesia nan sepenuhnya digital dan telah menghadirkan transparansi juga kemudahan akses training pada 18,9 juta masyarakat Indonesia. Sebagai corak komitmen dari transparansi program, Prakerja juga telah menyediakan info statistik nan dapat diakses secara terbuka melalui statistik.prakerja.go.id. Pada perjalanan 100 tahun kemerdekaan Indonesia ini, kita tidak bisa buang waktu. 

“Memastikan keberlanjutan dan peningkatan akibat dari program-program nan telah melangkah serta mendorong penemuan untuk menjawab tantangan baru, adalah prioritas utama,” tutup Denni. (H-2)