Universodelibros.com, Jakarta - Menjalankan ibadah dapat menjadi sebuah tantangan nan sangat besar bagi penyandang disabilitas. Bukan hanya tantangan akses dan fisik. Masih sering tantangan sosial berupa stigma menjadi halangan bagi penyandang disabilitas dalam beribadah.
Keadaan ini dialami Nabila, 20 tahun, penyandang down syndrome. Nabila nan merupakan pemeluk Islam, mengalami banyak halangan dalam menjalani Salat, terutama salat berjamaah.
Baca buletin dengan sedikit iklan, klik di sini
Ida, ibu Nabila, menceritakan pertama kali mengajari Nabila salat cukup susah lantaran penyandang down syndrome memerlukan waktu nan lebih lama dalam memahami konsep agama. “Nabila sekarang sudah tahu konsep ketuhanan, mengerti makna meninggal, tahu arah kiblat. Awalnya belajar kepercayaan dari sekolah, terus di rumah saya nan ngajarin,” kata Ida.
Ketika Nabila berumur 15 tahun, Ida untuk pertama kali membawa putrinya Nabila ke masjid untuk salat Idulfitri. Selanjutnya, Ida memberanikan diri membujuk Nabila mengikuti pengajian. Awalnya, jemaah kaget dengan kondisi Nabila. Di hadapan ibu-ibu pengajian, Ida meminta support agar bisa diterima mengingat kondisi Nabila nan berkebutuhan khusus.
“Saya kasih pengertian ke orang-orang nan belum mengerti jika Nabila adalah anak berkebutuhan unik nan kudu diterima juga di masyarakat, jangan dianggap aneh. Akhirnya mereka minta maaf,” kata Ida.
Kendala serupa juga dialami Alika, 11 tahun nan memeluk kepercayaan Kristen, juga penyandang down syndrome. Astrid, Ibu Alika mengatakan, sudah membawa Alika beragama ke gereja sejak usianya 3 tahun. Dua tahun kemudian, Alika mulai masuk ke sekolah minggu untuk belajar tata langkah beribadah, berdoa, dan mengenal salib.
“Pas di gereja, Alika dilihatin. Di tempat umum juga sama. Pernah dia disebut idiot. Bahkan ada nan enggak tahu apa itu down syndrome,” kata Astrid.
Beruntung, Astrid mendapat support dari pastor. Di hadapan jemaat, pastor menjelaskan kondisi Alika dan mengajaknya menyanyikan lagu-lagu rohani, serta tak ada diskriminasi saat beribadah. Hanya saja, ketika ada anak-anak lain nan ikut beragama di gereja dan memandang kondisi Alika, ada nan menjauh.