PELATIH Ruben Amorim mengatakan bahwa Manchester United sedang berada dalam momen nan susah setelah kekalahan 3-0 dari Bournemouth di Old Trafford pada Minggu (22/12).
United telah menelan kekalahan beruntun setelah kekalahan 4-3 dari Tottenham Hotspur di Carabao Cup. Ini juga merupakan dua kekalahan beruntun pada pertandingan Liga Inggris di Old Trafford setelah kemenangan 3-2 atas Nottingham Forest awal bulan ini.
"Ini adalah momen nan sulit, tetapi kami kudu menghadapinya dan mempersiapkan diri untuk pertandingan berikutnya," kata Amorim dilansir dari ESPN, Senin (23/12).
"Adalah tanggung jawab saya untuk melatih mereka. Tentu saja kami mau berkembang. Pada saat ini, semuanya lebih sulit. Untuk klub seperti Manchester United kalah 3-0 di kandang sendiri, itu sangat susah bagi semua orang. Dan tentu saja para fans sangat kecewa dan lelah."
Buruknya antisipasi United dalam situasi bola meninggal bersambung saat menghadapi Bournemouth, nan unggul lebih dulu melalui sundulan Dean Huijsen setelah tendangan bebas Ryan Christie ke dalam kotak penalti.
Situasi bola meninggal telah membikin United kebobolan tujuh gol dalam enam pertandingan terakhir mereka dan Amorim mengakui bahwa para pemainnya kudu memperbaiki masalah ini.
"Kami kudu memperbaiki situasi bola mati," katanya.
"Kami sedang mengupayakan perihal itu dan kami juga bakal memperbaiki perihal itu, tetapi kami tidak kalah lantaran bola mati. Kami kalah lantaran kami menciptakan lebih banyak kesempatan dan kami tidak mencetak gol. Kemudian, pada momen ini, ketika segala sesuatunya tidak menguntungkan kami, mereka bisa mencetak gol. Satu bola meninggal membikin kami lebih gugup, seluruh stadion. Saya merasakannya sejak menit pertama, ada banyak kegelisahan."
Setelah kekalahan dari Spurs, Amorim mengkritik permainan para pemainnya setelah mereka kebobolan dua gol dalam delapan menit di awal babak kedua.
Cerita nan sama terjadi saat melawan Bournemouth, nan mencetak dua gol dalam tiga menit di babak kedua untuk merebut kemenangan dari United dan membikin mereka berada di papan bawah klasemen pada Hari Natal untuk pertama kalinya sejak 1989.
"Ini adalah laga nan penuh dengan mentalitas, namun Anda dapat merasakannya, bukan hanya para pemain, tetapi juga para pendukung," ujar Amorim.
"Pada tendangan gol pertama dengan André Onana, dia berpikir apa nan kudu dilakukan dan mendorong pemain lain dan semua orang sangat cemas. Pada saat ini, semua orang di klub sudah capek dengan momen-momen seperti itu."
"Kami kudu menghadapinya dan konsentrasi pada pertandingan berikutnya. Kami tahu apa nan kudu dilakukan, kami kudu mengatasi banyak hal, namun kami siap untuk melakukannya. Kami sudah tahu bahwa tantangannya besar." (H-2)