Rekor Patrick Kluivert Di Timnas Curacao: Dalam Setahun Dongkrak Rangking Fifa Dari 155 Ke Posisi 75

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Universodelibros.com, Jakarta Jika ukurannya jam terbang dan prestasi menjadi pembimbing kepala, pamor Patrick Kluivert memang tetap jauh di bawah Shin Tae-yong. Patrick Kluivert baru menekuni pekerjaan pembimbing sejak 2008 usai gantung sepatu.

Sementara Shin Tae-yong telah memulainya sejak 2005. Apalagi dalam perjalanan karirnya, laki-laki nan dijuluki Si Rubah saat aktif bermain ini juga dapat kesempatan lebih besar dari KFA untuk menukangi semua level Timnas Korsel. Sebagai legenda Seongnam Ilhwa Chunwa, Shin Tae-yong juga mendapat kepercayaan tinggi dari mantan klubnya tersebut.

Lepas dari catatan prestasi pribadi tersebut, semoga PSSI tak salah menunjuk salah satu striker legendaris Timnas Belanda ini untuk menggantikan Shin Tae-yong nan telah diputus perjanjian menangani Timnas Indonesia per 6 Januari 2025.

Dengan mengabaikan minimnya pengalaman pekerjaan sebagai head coach dan catatan kelam pribadinya, sebenarnya Patrick Kluivert punya potensi menjadi seorang pembimbing dahsyat di masa depan.

Selain itu, daripada berkutat mengungkapkan kekurangan pribadi Patrick Kluivert, lebih baik daya publik sepakbola Indonesia difokuskan untuk mendukung keahlian eks penyerang Ajax dan Barcelona agar Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026.

Yuk gabung channel whatsapp Universodelibros.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Sejarah Sepak Bola Curacao

Tak salah juga, jika Ketum PSSI Erick Thohir mengatakan calon pembimbing Timnas Indonesia asal Belanda nan mendarat di Tanah Air pada 11 Januari kelak dinilai lebih bagus daripada Shin Tae-yong.

Jika sosok nan bakal datang adalah Patrick Kluivert, maka pilihan PSSI tak salah mutlak. Karena laki-laki berumur 48 tahun itu sebenarnya punya rapor bagus saat menangani Timnas Curacao.

Sedikit info tentang sejarah sepakbola Curacao. Curacao adalah salah satu negara nan termasuk dalam Kerajaan Belanda selain Aruba dan Sint Maarten sejak tahun 1950an dengan mewakili Federasi Antillen Raya.

Mereka sempat meraih sejumlah prestasi di antaranya tampil di Olimpiade Musim Panas 1952 nan diselenggarakan di Finlandia. Prestasi lain dari tim campuran enam pulau itu termasuk finis ketiga pada tahun 1963 dan 1969 di Kejuaraan Concacaf, nan sekarang telah berubah nama menjadi Gold Cup.

Namun setelah memisahkan diri dan berdaulat, pada tahun 2011 negara ini membentuk Federasi Sepakbola Curacao (CFF) nan menjadi salah satu asosiasi sepakbola termuda di dunia.

Tapi sayangnya, selama 2011-2014, Curacao tak bisa melakukan banyak di sepakbola internasional dengan hanya mencatatkan 6 kemenangan, 6 seri dan 20 kekalahan. Posisi mereka pun berada di urutan ke-158 rangking FIFA. Ini menjadi ranking terburuk dalam sejarah sepakbola Curacao.

Rekor Kluivert di Curacao

Harapan besar menerpa sepakbola Curacao ketika pada 2015 Patrick Kluivert memutuskan untuk melatih Timnas Curacao dalam Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Concacaf. Kluivert nan mempunyai ibu berasal dari Curacao itu memang kandas membawa Timnas Curacao terbang ke Rusia.

Tapi di kembali kegagalan itu, Kluivert bisa mengangkat prestasi sepakbola Curacao dengan memenangkan enam pertandingan, tiga seri dan hanya kalah tiga kali antara Maret 2015 dan Juni 2016.

Yang terpenting di luar pencapaian itu, dalam waktu kurang setahun, Patrick Kluivert sukses mendongkrak ranking Timnas Curacao di daftar rangking FIFA dari 151 ke posisi 75.

Bahkan saat Kluivert jadi Penasihat Timnas Curacao 2017 lantaran memilih jadi Direktur Akademi Ajax dan posisi pembimbing digantikan asistennya, Remko Bicentin, negara ini sempat meraih ranking terbaiknya di urutan 68 FIFA.

Kini Timnas Curacao bertengger di posisi ke-91 alias tepat di bawah Timnas China nan jadi rival Indonesia di putaran ketiga Grup C Zona Asia Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Lonjakan Peringkat FIFA

Soal kenaikan rangking FIFA ini. Mari kita bandingkan prestasi Patrick Kluivert dengan Shin Tae-yong. Pelatih asal Korsel itu butuh waktu lima tahun untuk mengangkat ranking Timnas Indonesia dari urutan 173 ke-130 saat ini.

Nah. Jika sasaran PSSI mau Timnas Indonesia menembus ranking ke-100 FIFA, maka rasanya tak salah jika Patrick Kluivert menduduki bangku pembimbing nan ditinggalkan Shin Tae-yong.

Apalagi skuad Timnas Indonesia kebanyakan dihuni pemain naturalisasi asal Belanda nan telah punya chemistry dalam perihal komunikasi dan budaya sepakbola dengan Patrick Kluivert. Tentu saja lolos ke Piala Dunia 2026 nan digelar di AS, Kanada, dan Meksiko jadi sasaran utama nan kudu dipenuhi Patrick Kluivert