Universodelibros.com, Jakarta - Shin Tae-yong tidak lagi menjadi pembimbing Timnas Indonesia. Arsitek berumur 54 tahun itu resmi dipecat federasi sepak bola Indonesia namalain PSSI pada Senin, 6 Januari 2025.
Pengamat sepak bola, Yusuf Kurniawan, menilai pelengseran Shin Tae-yong dilakukan PSSI demi menjaga investasi besar para pemain diaspora. Hal ini disampaikan laki-laki nan berkawan disapa Bung Yuke itu di kanal YouTube Liputan6.
"Federasi alias lebih jelasnya pak Erick Tohir dia memenangkan lebih banyak kepentingan daripada seorang Shin Tae-yong lantaran dia datangkan banyak pemain diaspora ke Indonesia," ujar Bung Yuke.
"Itu kan investasi waktu, fasilitas, biaya dan sebagainya. Enggak sedikit dan kepercayaan terutama, sehingga ketika mereka sudah berkumpul, mereka rupanya enggak bisa bicara terbuka mungkin ya dengan Shin Tae-yong, ya pemain pasti ngadunya ke pak Erick."
"Kalau dia memenangkan Shin Tae-yong maka dia bakal berisiko kehilangan investasi pemain diaspora nan sudah dia bangun lantaran kita tahu, di arah sepak bola maju seperti sekarang pembimbing bisa datang dan pergi jika pemain mungkin enggak sedinamis pelatih," sambungnya.
Yuk gabung channel whatsapp Universodelibros.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Harmonis
Ketidakharmonisan antara Shin Tae-yong dan pemain diaspora kabarnya menjadi satu di antara penyebab lengsernya pembimbing asal Korea Selatan itu. Shin disebut sempat berkonflik dengan sejumlah talenta keturunan.
Permasalahan tersebut muncul pasca Timnas Indonesia bermain seri 2-2 kontra Bahrain dalam laga ketiga Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
"Kalau kita tengok ke belakang sebelumnya juga ada masalah dengan Elkan Baggott. Jadi mungkin pak Erick enggak mau ada akibat lain. Mess Hilgers ini sangat keras mungkin dia lebih keras daripada Jay Idzes alias Kevin Diks, lantaran mungkin kultur di sana terbuka saja jika diskusi," katanya.
"Terus terjadi perdebatan mungkin buat pemain Eropa biasa obrolan dengan pembimbing jika Shin Tae-yong enggak bisa begitu mungkin, makanya ketika musuh China kita lihat gimana dia mainnya kan agak sedikit liar juga keluar dari konteks konsep permainan lantaran sebelumnya dia agak enggan juga untuk main."
"Kabarnya sebetulnya Mess bisa main jadi semakin menguatkan pemain ini terlihat enggak cocok dengan Shin, lantaran ketika dia declare dibawa, dia enggak bisa main lantaran cedera tapi besok main buat klubnya dengan argumen suntik pain killer," lanjut Bung Yuke.
Pemain Tidak Nyaman
Shin Tae-yong dicopot lantaran buruknya komunikasi dan chemistry dengan pemain diaspora dan membikin mereka merasa tidak nyaman. Itulah sebabnya kapten Jay Idzes berinisiatif mengumpulkan pemain untuk berbincang sebelum pertandingan melawan Arab Saudi.
"Ketika para pemain berkumpul untuk klaster mereka sendiri, pasti ada komunikasi nan enggak jalan dengan pelatih. Itu menjadi corak gimana tingkat bonding dan chemistry tim antara pemain dengan pelatih," ucap Bung Yuke.
"Kalau kita flashback dengan dinamika nan terjadi eskalasi sebelum pertandingan musuh China. Kemudian berujung gimana waktu itu Eliano Reijnders tidak diturunkan sempat riuh juga ya itu, kan rentetan-rentetannya terlihat sampai kemudian Idzes membikin maklumat untuk berkumpul secara terpisah."
"Yang saya tahu pemain agak kurang nyaman lantaran mungkin dulu Shin sebelum masif banyak pemain diaspora, mungkin dia tetap bisa mendrive tim ini tapi ketika pemain diaspora nan grade A datang mau tidak mau dia kudu beradaptasi dengan mereka, tidak bisa lagi pendekatannya seperti dia menangani pemain domestik," paparnya.
Sebuah Perjudian
Di sisi lain, Bung Yuke mengatakan, pemecatan Shin Tae-yong jelang pertandingan melawan Australia dan Bahrain pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 merupakan perjudian. Apalagi, dua laga itu dimainkan pada Maret mendatang.
"Ketika optimisme masyarakat kita nan kebanyakan memang mencintai Shin Tae-yong, menyukai keahlian dan pencapaiannya terus kemudian berhujung dengan langkah seperti ini sudah pasti Erick Thohir mengambil pertaruhan lantaran kita kudu akui juga siapapun penggantinya tidak menjamin tim ini bakal stabil," sebutnya.
"Walaupun penggantinya jelas dari Eropa, ya katakan dari Belanda nan diharapkan bisa lebih sigap chemistry enggak agunan juga, Belanda ini keras kepala semua karakternya. Kan memang seperti itu jadi enggak agunan makanya saya katakan ini menjadi perjudian."
"Tapi ya sudah diambil keputusan itu dengan angan nan sangat besar dia bisa memenangkan pertarungan ini dengan mendatangkan pembimbing baru dan dengan merebut hati para pemain diaspora."
"Kita bakal tunggu saja kelak ketika musuh Australia game pertama seperti apa, pasti bakal ada reaksi-reaksi mungkin jika hasilnya positif masyarakat bisa terima tapi jika kebalikannya itu bakal jadi backfire," pungkas Bung Yuke.