PERTENGAHAN Januari ditargetkan SpaceX dan NASA untuk peluncuran pendarat bulan pribadi "Blue Ghost."
Pendarat bulan Blue Ghost dari Firefly Aerospace sekarang dijadwalkan untuk diluncurkan ke bulan pada pukul 1:11 pagi EST (0611 GMT) pada Rabu, 15 Januari, lepas landas dari Launch Complex 39A di Pusat Antariksa Kennedy milik NASA di Florida. Misi nan dikenal dengan nama "Ghost Riders in the Sky" ini bakal mengirimkan Blue Ghost ke luar angkasa menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX.
Informasi mengenai siaran langsung belum tersedia, namun kami bakal menginformasikan langkah menonton seiring dengan pengumuman lebih lanjut dari NASA dan SpaceX.
Bergabung dalam penerbangan ini bakal ada pendarat bulan Resilience nan dibangun perusahaan Jepang, ispace. Perusahaan tersebut sebelumnya mencoba pendaratan bulan dengan pendarat Hakuto-R, nan akhirnya jatuh ke permukaan bulan pada April 2023.
Setelah diluncurkan, Blue Ghost bakal menghabiskan 25 hari mengorbit Bumi sebelum melakukan pembakaran mesin untuk mengubah lintasan menuju bulan. Sesampainya di sana, dia bakal menghabiskan 16 hari mengorbit bulan sembari mempersiapkan pendaratan otonom di permukaannya. Tujuannya adalah Mare Crisium ("Laut Krisis"), sebuah dataran basaltik selebar sekitar 740 kilometer nan terbentuk oleh akibat asteroid purba.
Dalam waktu 30 menit setelah mendarat, jika semua melangkah sesuai rencana, pendarat ini bakal mulai mengirimkan gambar arti tinggi pertama dari permukaan bulan. Blue Ghost hanya bakal mempunyai waktu 14 hari di bulan sebelum malam bulan datang, menguras sumber daya tenaga surya pendarat—meskipun baterainya diperkirakan memberi daya sekitar lima jam untuk merekam senja bulan.
Blue Ghost bakal membawa 10 penelitian ilmiah nan dipimpin NASA dan demonstrator teknologi ke permukaan bulan sebagai bagian dari Program Layanan Muatan Komersial Lunar NASA, alias CLPS.
Salah satu penelitian tersebut, nan dikenal sebagai Lunar Environment Heliospheric X-ray Imager (LEXI), bakal mengawasi medan magnet Bumi nan dibombardir partikel berenergi nan tertiup dari mentari melalui angin surya. Eksperimen ini dapat membantu intelektual menyaksikan proses-proses nan terjadi di magnetosfer nan belum pernah mereka lihat sebelumnya.
"Kami berambisi dapat memandang magnetosfer bernapas keluar dan masuk, untuk pertama kalinya," kata Hyunju Connor dari NASA dalam sebuah pernyataan. "Ketika angin surya sangat kuat, magnetosfer bakal menyusut dan terdorong mundur ke Bumi, lampau berkembang ketika angin surya melemah."
Blue Ghost juga bakal membawa instrumen Stereo Cameras for Lunar Plume-Surface Studies (SCALPSS), sebuah sistem dua kamera nan bakal memantau gimana permukaan bulan bereaksi terhadap gangguan nan ditimbulkan mesin Blue Ghost saat pendaratan.
Instrumen lainnya bakal mengumpulkan dan mempelajari sampel debu bulan (atau regolith), mengukur lingkungan radiasi di permukaan bulan, dan apalagi mempelajari konduktivitas listrik di interior bulan. Salah satu eksperimen, nan dikenal sebagai Electrodynamic Dust Shield (EDS), bakal menguji metode baru untuk menangkis debu bulan rawan menggunakan muatan listrik.
Seperti pengiriman CLPS lainnya, Blue Ghost juga bakal membawa perangkat pemantul laser berbentuk prisma nan bakal ditargetkan NASA dengan pulsa laser nan ditembakkan dari Bumi. Eksperimen ini bakal membantu mengukur jarak dari Bumi ke bulan dengan kecermatan sub-milimeter.
Jika mendarat dengan sukses, Blue Ghost bakal menjadi misi CLPS kedua nan mencapai permukaan bulan. Misi pertama, IM-1 Odysseus dari Intuitive Machines, mendarat di dekat kawah Malapert-A pada 22 Februari 2024. Odysseus adalah pesawat luar angkasa pribadi pertama nan pernah mendarat di bulan.
Sebulan sebelum Odysseus, pendarat Astrobotic Peregrine mencoba mencapai bulan, namun kandas mencapai tujuannya setelah katup nan rusak menyebabkan kebocoran propelan nan fatal. Peregrine akhirnya jatuh kembali ke Bumi dan terbakar di atmosfer Bumi. (Space/Z-3)