Operasi Modifikasi Cuaca Di Jatim Diperpanjang

Sedang Trending 4 minggu yang lalu
Operasi Modifikasi Cuaca di Jatim Diperpanjang Petugas menyiapkan garam sebelum dimasukkan ke dalam pesawat Cessna Caravan 208 PK-SNM untuk persemaian garam dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (19/12/2024).(ANTARA/Makna Zaezar)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda bakal memperpanjang operasi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengurangi intensitas curah hujan ekstrem di wilayah Jawa Timur (Jatim). “Operasi modifikasi cuaca itu diperpanjang lagi selama lima hari kedepan,” kata Kepala BMKG Juanda Taufiq Hermawan di Surabaya, Senin (23/12).

BMKG memperpanjang mengingat tetap tingginya akibat musibah hidrometeorologi seperti banjir dan longsor di beragam wilayah Jatim selama periode libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

“Kami sudah melakukan modifikasi cuaca, dan poskonya ada di BMKG Juanda. Sudah melangkah lima hari, dan hari ini bakal diperpanjang lagi, lantaran kondisi Jawa Timur tetap banyak wilayah nan mengalami akibat dari musibah hidrometeorologi basah. Jadi modifikasi cuaca bakal melangkah lagi untuk lima hari ke depan,” katanya.

Menurut Taufiq, perpanjangan ini krusial lantaran Jawa Timur sedang berada di puncak musim hujan, dengan curah hujan nan tinggi dan intensitas nan bisa menyebabkan bencana.

Selain itu, kata Kepala BMKG Juanda, aktivitas modifikasi cuaca bakal terus dilakukan, mengingat saat ini memang sudah ada Kedeputian Operasi Modifikasi Cuaca nan sebelumnya bekerjasama dengan BPBD dan stakeholder lain.

“Satu tahun terakhir ini memang BMKG nan mempunyai tanggungjawab itu, dengan menggandeng pihak-pihak terkait. Sepert dengan BNPB tentunya, BPBD tingkat provinsi dan kabupaten/kota, juga dengan vendor penerbangan, nah itulah stakeholder nan selama ini berkecimpung di bumi modifikasi cuaca,” ujarnya.

Dikatakan, operasi modifikasi cuaca ini bermaksud untuk mengurangi intensitas hujan, bukan mencegah hujan. “Modifikasi cuaca ini tidak meniadakan hujan, tapi lebih ke pengurangan intensitas hujan nan potensinya lebat hingga ekstrem, agar tidak terjadi musibah seperti banjir alias longsor,” ujarnya. (H-2)