AKTRIS Nikita Willya memilih melahirkan anak kedua dengan metode water birth. Selama melahirkan di air, seorang ibu mengandung dapat mengalami proses persalinan di bak berisi air hangat. Proses melahirkan di air dapat dilakukan di rumah, di pusat bersalin, alias di rumah sakit nan menyediakan jasa tersebut. Ibu mengandung nan menginginkan proses melahirkan tanpa obat alias epidural dapat memilih proses melahirkan di air lantaran proses ini dapat memberikan pengalaman nan lembut dalam beberapa situasi, kata Ami Burns, seorang pendidik persalinan, doula, dan penulis nan berbasis di Chicago. Namun, bukan berfaedah proses melahirkan di air 100% bebas rasa sakit. Faktanya, rasa sakit saat melahirkan di kolam air sama seperti di tempat lain, tetapi lingkungan di sana condong lebih rileks dan menenangkan, kata David Ghozland, MD, seorang master kandungan dan ginekologi nan berpraktik di Santa Monica, California. Proses melahirkan di air juga mempunyai akibat dan komplikasi potensial, beberapa di antaranya dapat serius. Risiko tersebut berkisar dari jangkitan hingga tenggelam. Untuk meluruskan kesalahpahaman umum, berikut semua perihal nan perlu diketahui calon orang tua tentang melahirkan di air.
Mari mengenal apa itu metode water birth, keamanan dan manfaatnya.
Water Birth Amankah?
Dikutip dari Parents.com, terkait water birth ada beragam ulasan tentang keamanannya. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) justru menyarankan untuk tidak melakukan persalinan air, mengingat kurangnya info nan tersedia tentang topik tersebut.
Ada indikasi bahwa berendam selama tahap pertama persalinan mempunyai keuntungan, tetapi tidak ada cukup bukti tentang faedah dan akibat selama tahap kedua dan ketiga. Oleh lantaran itu, organisasi tersebut menyarankan bahwa meskipun persalinan di air selama tahap pertama persalinan mungkin baik-baik saja, persalinan kudu dilakukan di darat.1
Sebaliknya, Royal College of Obstetricians and Gynaecologists2 dan American College of Nurse–Midwives (ACNM) mendukung persalinan air dalam situasi tertentu. ACNM, khususnya, mengindikasikan bahwa orang nan mengalami persalinan dan melahirkan tanpa komplikasi (dan kehamilan tanpa komplikasi) mempunyai "hasil maternal dan neonatal nan sebanding," baik mereka melahirkan di darat maupun di air. Mereka percaya bahwa ibu mengandung kudu diberi kesempatan untuk tetap terendam selama persalinan selama penyedia jasa kesehatan menganggapnya aman.
Untuk membikin keputusan sendiri, teruslah membaca untuk memandang lebih dekat pro dan kontra dari melahirkan di dalam air.
Manfaat Water Birth
Water birth khususnya pada tahap awal persalinan, sekarang semakin umum dilakukan. Memilih persalinan di air—atau apalagi sekadar menghabiskan sebagian awal persalinan di air—memungkinkan Anda menikmati beberapa keuntungannya. Berikut ini beberapa faedah potensial dari persalinan di air.
-
Membantu meredakan nyeri persalinan
Salah satu faedah nan diklaim dari persalinan di air adalah berkurangnya nyeri selama persalinan, berkah relaksasi otot dan jaringan, serta daya apung air, kata Amber Ford Cottrell, seorang doula nan berpraktik di New York City. "Bagi [ibu hamil] nan skeptis dengan persalinan di air, saya selalu bertanya apakah mereka pernah mandi air hangat untuk meredakan kram menstruasi nan parah. Itu biasanya menjadi momen "aha" bagi sebagian besar dari mereka." Mengurangi kebutuhan bakal obat-obatan: Satu studi menemukan bahwa tingkat "tanpa analgesik" meningkat 243% pada orang nan melahirkan di air.5 Barbara Harper, RN, pendiri Waterbirth International, dan Michelle Collins, CNM, asisten guru besar keperawatan di Sekolah Keperawatan Universitas Vanderbilt, menjelaskan bahwa ada respons kimiawi dan hormonal selama melahirkan di air nan memengaruhi oksitosin dan membantu mengatur intensitas kontraksi. Saat tubuh menjadi rileks, lebih banyak oksitosin dilepaskan dan lebih banyak endorfin penghambat rasa sakit membanjiri otak, nan dapat mengakibatkan berkurangnya kebutuhan bakal obat-
-
Mengurangi keparahan robekan
Harper dan Collins mengatakan air menyebabkan perineum menjadi lebih rileks, nan dapat mengurangi keparahan robekan vagina. Faktanya, satu studi membandingkan 397 kelahiran di air dengan 2.025 kelahiran di darat. Ditemukan bahwa kedua praktik melahirkan sama-sama aman, dan bahwa mereka nan berada dalam golongan air mengalami lebih sedikit robekan pada tingkat pertama dan kedua. Kelahiran di darat dan di air juga mempunyai tingkat perdarahan pascapersalinan dan perawatan intensif neonatal nan sebanding, menurut penelitian tersebut.
-
Memperpendek persalinan
Para peneliti dalam satu penelitian menemukan bahwa air berkedudukan dalam memperpendek lama persalinan di ketiga tahap tersebut. Mereka mencatat bahwa perihal ini dapat dikaitkan dengan aktivitas di dalam air, relaksasi otot, dan aspek psikologis.8 Selain itu, penelitian lain menyimpulkan bahwa kelahiran di air tidak hanya aman, tetapi terkadang mempunyai hasil nan lebih baik daripada kelahiran di darat.
-
Mengurangi kebutuhan bakal intervensi.
Penelitian juga telah mengaitkan kelahiran di air dengan berkurangnya kebutuhan bakal intervensi obstetrik seperti induksi alias episiotomi.4 Lebih banyak penelitian telah menemukan bahwa bayi nan lahir di air mempunyai tingkat perawatan di NICU nan lebih rendah—10 meskipun penelitian nan saling bertentangan membantahnya. (H-3)