Momen Indonesia Masuk Brics Dinilai Kurang Tepat

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
Momen Indonesia Masuk BRICS Dinilai kurang Tepat Menlu Sugiono (kanan) menyatakan Indonesia tertarik berasosiasi dengan BRICS.(Antara)

LANGKAH Indonesia untuk berasosiasi dengan BRICS dinilai dilakukan dalam momentum nan tak tepat. Itu lantaran kondisi ekonomi dan geopolitik dunia sedang berada dalam gejolak dan berpotensi berakibat tak produktif bagi Indonesia.

“Kalau berasas perkiraan IMF, di tengah adanya fragmentasi geoekonomi, justru memilih nonblok bakal memberikan faedah nan optimal daripada memiliih ke satu blok. Jadi apakah kebijakan ini pilihan nan tepat, sekarang ini dari kacamata ekonomi sepertinya tidak alias belum,” ujar Kepala Kajian Makroekonomi dan Ekonomi Politik LPEM UI Jahen F Rezki saat dihubungi, Rabu (8/1).

Dia menambahkan, keanggotaan Indonesia di dalam BRICS bakal otomatis membikin negara-negara di luar golongan itu bakal memberikan perlakuan berbeda. Paling potensial adalah dari Amerika Serikat, nan merupakan mitra jual beli utama Indonesia.

Besar kemungkinan Indonesia juga bakal mendapatkan perlakuan jual beli nan berbeda dari Negeri Paman Sam, alias diperketat seperti perlakuan AS ke negara personil BRICS lainnya. Perdagangan ke AS berkesempatan bakal berbiaya tinggi dan tak produktif bagi perdagangan Indonesia ke depan.

Itu berfaedah besar kemungkinan keahlian perdagangan Indonesia nan selama ini mencatatkan surplus dengan AS dapat terkoreksi. Merujuk info Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari-November 2024, nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai US$23,85 miliar dan nilai impor tercatat US$8,71 miliar. Dus, dalam 11 bulan di 2024 Indonesia membukukan surplus jual beli dengan AS sebesar US$15,13 miliar.

Adapun komoditas utama nan menjadi penopang surplus jual beli di periode itu adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya HS 85 senilai US$3,36 miliar; busana dan aksesorinya (rajutan) HS 61 senilai US$2,25 miliar; dan dasar kaki HS 64 senilai US$2,11 miliar.

Namun Jahen juga memandang bergabungnya Indonesia ke BRICS sebagai upaya mitigasi dan antisipasi atas kesempatan terjadinya pergeseran ekonomi dunia. Pasalnya banyak nan memprediksi bahwa Tiongkok bakal menjadi negara nan menggerakkan bidak perekonomian bumi ke depan.

“Sebenarnya Indonesia mencoba memandang perubahan percaturan ekonomi bumi yg mungkin bakal didominasi oleh Tiongkok,” kata Jahen.

Adapun keahlian jual beli Indonesia dengan Tiongkok pada Januari-November 2024 mencatatkan defisit. Merujuk info BPS, nilai ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu di periode tersebut tercatat senilai US$54,43 miliar, dan nilai impor Indonesia dari Tiongkok sebesar US$64,33 miliar. Dus, terjadi defisit perdagangan senilai US$9,90 miliar.

Komoditas nan menyumbang defisit jual beli Indonesia dengan Tiongkok adalah mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya HS 84 senilai -US$15,08 miliar; mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya HS 85 senilai -US$12,80 miliar; dan kendaraan dan bagiannya HS 87 senilai -US$2,87 miliar.

Namun keahlian perdagangan dengan negara personil BRICS lainnya, ialah India, Indonesia sukses mencatatkan surplus sebesar US$14,36 miliar. Itu lantaran nilai ekspor Indonesia ke India mencapai US$18,90 miliar dan nilai impor tercatat US$4,54 miliar. Komoditas utama penyumpang surplus adalah bahan bakar mineral HS 27; lemak minyak dan hewani/nabati HS 15; dan besi dan baja HS 72.

Sementara dari sisi investasi, Tiongkok diketahui merupakan negara penanammodal kedua terbesar di Indonesia sejak 2019 hingga September 2024. Merujuk info Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai investasi dari Negeri Tirai Bambu ke Tanah Air dalam periode itu mencapai US$34,19 miliar.

Mayoritas penanaman modal nan dilakukan Tiongkok di Indonesia pada periode tersebut menyasar ke sektor indsutri logam dasar dengan porsi mencapai 42%, alias sekitar US$14,39 miliar. Lalu diikuti oleh sektor transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi dengan porsi sebesar 23%, setara US$7,99 miliar.

Sedangkan dalam periode Januari-September 2024, nilai investasi Tiongkok ke Indonesia tercatat sebesar US$5,78 miliar, satu tingkat di atas AS nan menanamkan modal ke Tanah Air sebesar US$2,82 miliar. (Mir/P-3)