TEROWONGAN Silaturahim nan membentang di bawah tanah itu, telah sukses menghubungkan bentuk kedua rumah ibadah ialah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta. Hal tersebut bukan hanya sekadar lambang kerukunan, namun juga pemberi inspirasi terbangunnya toleransi berakidah di Indonesia.
Koordinator pemeliharaan dan pengamanan karya seni terowongan silaturahim Istiqlal-Katedral, Her Pramtama mengatakan bahwa pembangunan Terowongan Silaturahim mempunyai tujuan dan kegunaan nan dibagi secara umum dan khusus.
“Terowongan ini setidaknya mempunyai dua kegunaan ialah pertama kegunaan reguler untuk kebutuhan jemaah agar terbentuk toleransi, dan kedua kegunaan unik untuk tamu-tamu negara nan mau mengunjungi Istiqlal dan Katedral,” ujarnya saat ditemui Media Indonesia di letak Terowongan Silaturahim pada Rabu (25/12).
Her mengatakan bahwa buahpikiran awal pembangunan Terowongan Silaturahim ini adalah untuk memudahkan pergerakan akses saat kedua tempat peribadatan ini menjalankan kegiatan.
“Terowongan ini dirancang untuk mobilitas dan aksesibilitas bagi kedua tempat ibadah, baik di Istiqlal maupun Katedral. Jadi konsep pada saat pembangunan, kami berpikir agar gedung parkir bisa digunakan berbarengan antara Katedral maupun Istiqlal,” jelasnya.
Selain itu, Her menjelaskan bahwa selama ini pada saat puncak peringatan hari raya keagamaan baik saat Idul Fitri maupun Natal, umat Islam dan Katolik seringkali beragam akses lahan parkir. Diharapkan dengan adanya terowongan, bakal lebih mempermudah mobilitas tersebut.
“Namanya toleransi beragama, intinya kita mau memberikan pesan kepada umat berakidah bahwa Katedral dan Istiqlal ini berdampingan. Sebagai tetangga kudu saling rukun, saling dukung dan saling support,” katanya.
Lebih lanjut, Her berambisi dengan pembangunan terowongan tersebut, umat antaragama dapat saling berinteraksi, sekaligus memperkuat kerjasama antar rumah ibadah dalam urusan sosial kemasyarakatan.
“Dan kita mau apa nan kita kerjakan dapat memberikan pesan lebih luas, mungkin jika tidak ada terowongan silaturahim, orang tidak mengenal kerjasama dan kerjasama kita baik dalam corak bentuk maupun secara nilai,” katanya.
Terowongan Silaturahim nan baru diresmikan pada 12 Desember lampau itu mempunyai ukuran panjang 34 meter nan menghubungkan Istiqlal dan Katedral melalui akses parkir bawah tanah hingga laman depan kedua rumah ibadah tersebut.
Hingga Rabu (25/12), terowongan itu belum dibuka untuk umum. Hanya kendaraan jemaat Katedral Jakarta nan memarkirkan kendaraan di Masjid Istiqlal nan boleh melintas.
Makna filosofis Terowongan Silaturahim
Saat Media Indonesia memasuki terowongan Silaturahim, terlihat tembok sisi kanan dan kiri terowongan itu dihiasi oleh diorama berupa relief logam nan menggambarkan kedua tangan nan saling menyentuh. Karya seni tersebut dibuat oleh dua orang perupa ialah Sunaryo dan Aditya Novali.
Her menjelaskan bahwa visual tangan saling menyentuh itu merupakan gambaran sikap kerendahan hati nan lahir dari lubuk hati paling dalam. Satu sama lain merasakan adanya kebersamaan untuk menjalin silaturahmi.
“Filosofi di kembali karya seni ini mengirimkan pesan bahwa kita saling berdampingan. Maka ada konsep tangan saling menyentuh satu sama lain, saling merasakan adanya kebersamaan untuk menjalin silaturahmi. Simbolnya diwujudkan berupa ekspresi positif tangan di kanan maupun tangan di kiri,” ujarnya.
Konsep tersebut kata Her, mengingatkan umat bakal dua unsur kehidupan nan asasi di semesta jagat raya nan selalu berkelindan.
Selain itu, terowongan juga dihiasi dengan lantai nan diukir berupa motif garis melingkar dan memusat di tengah, ditambah dengan penyinaran lampu nan terang sebagai simbol angan pertemuan untuk mendapatkan pencerahan.
“Jadi maknanya adalah lampu nan diatas itu sebagai sinar, lampau membias ke lantai, kemudian dari lantai itu menyebar luas,” tutur Her.
Her menuturkan bahwa emosi nikmat pada terowongan silaturahmi itu bakal semakin terasa dengan hadirnya bunyi bedug nan merupakan tradisi spiritual dari timur, namun di arransemen saling bersahutan dengan bunyi lonceng.
“Jadi jika kita jalan dari istiqlal, itu kelak terdengar bunyi bedug. Setelah kelak ketika ada di tengah muncul bunyi lonceng, bakal saling berpadu bahwa ini simbol toleransi keberagaman, antara dua umat,” tandasnya. (P-5)