Kolaborasi Solid Kunci Mengatasi Tantangan Di Sektor Kesehatan

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
Kolaborasi Solid Kunci Mengatasi Tantangan di Sektor Kesehatan Pelantikan pengurus besar beberapa perhimpunan spesialisasi Indonesia, salah satunya PB PGI (Persatuan Gastroenterologi Indonesia).(Dok.PGI)

PENGURUS Besar Persatuan Gastroenterologi Indonesia (PB PGI) 2023-2026 menyampaikan refleksi dan angan mengenai pembangunan kesehatan di Indonesia.

Ketua PB PGI, Prof Dr. dr. Ari Fahrial Syam, menggarisbawahi pentingnya kerjasama nan lebih erat antara Kementerian Kesehatan, lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan, dan pemerintah daerah. Beliau menilai bahwa kerjasama nan solid bakal menjadi kunci dalam mengatasi beragam tantangan di sektor kesehatan.
 
Prof. Ari, panggilan akrabnya, menyatakan bahwa penyelenggaraan enam pilar transformasi kesehatan, seperti jasa primer dan rujukan, ketahanan kesehatan, serta pembiayaan dan teknologi kesehatan, tetap menghadapi beragam kendala. "Implementasi ini perlu didukung dengan pemerataan dan pertimbangan berkepanjangan agar bisa melangkah optimal," ujarnya, Selasa (7/1).

Prof. Ari nan juga Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) itu menekankan pentingnya Sistem Kesehatan Akademik untuk menyinergikan peran beragam stakeholder dalam meningkatkan mutu jasa kesehatan.

Dalam upaya mendukung transformasi tersebut, PB PGI terus melakukan beragam inisiatif seperti peningkatan capacity building bagi master umum, spesialis, dan subspesialis melalui continuing medical education.

Selain itu, PB PGI aktif melakukan riset multicenter dan uji klinik, serta memberikan edukasi langsung kepada masyarakat melalui seminar, webinar, dan konten-konten di media sosial.

Sekretaris Jenderal PB PGI, Dr. dr. Hasan Maulahela, menambahkan bahwa support terhadap riset kesehatan inovatif sangat krusial. "Kita perlu mendorong kemandirian dalam produksi obat, vaksin, dan perangkat kesehatan lokal nan berbobot untuk menekan biaya kesehatan dan meningkatkan akses masyarakat," jelasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya izin nan kuat untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor dan mendorong penggunaan produk penemuan lokal.

Prof. Ari dan Dr. Hasan juga menyoroti perlunya kerjasama nan lebih baik antara pemerintah pusat dan daerah, serta pelaku kesehatan, untuk mengurangi ego sektoral nan tetap kuat. Mereka percaya bahwa melalui konsep Sistem Kesehatan Akademik, pengedaran tenaga kesehatan dan efisiensi pembiayaan dapat ditingkatkan, serta penelitian kesehatan inovatif dapat lebih berkembang.

Pada akhirnya, PB PGI berambisi semua pihak dapat berkomunikasi dan bekerja-sama lebih intens untuk mengejar ketertinggalan dalam pembangunan kesehatan. "Kami optimisTIS bahwa dengan kerja sama nan baik, kita bisa menciptakan Indonesia nan lebih sehat dan berdikari dalam bagian kesehatan," tutup Prof. Ari. (N-2)