![Kesadaran dan Kepatuhan Kunci Tekan Prevalensi Gagal Jantung](https://Universodelibros.com/cdn-cgi/image/width=800,quality=80,format=webp/https://asset.Universodelibros.com/news/2025/01/11/1736589970_6ba73c21bc13776a89ab.jpg)
PENYAKIT jantung, termasuk kandas jantung, terus menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Berdasarkan proyeksi para ahli, prevalensi kandas jantung diperkirakan bakal meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
Meskipun beragam upaya dilakukan mengatasi kondisi ini, rendahnya kesadaran masyarakat mengenai akibat dan kepatuhan terhadap pengobatan, menjadi tantangan utama nan kudu dihadapi.
Seorang mahir kesehatan jantung menjelaskan bahwa langkah-langkah antisipasi telah dilakukan untuk menghadapi peningkatan kasus kandas jantung. Salah satu inisiatif nan dilakukan adalah pendirian klinik kandas jantung nan bermaksud memberikan perawatan dan edukasi kepada masyarakat.
“Kami sudah berancang-ancang dan apalagi telah mendirikan klinik kandas jantung untuk mengantisipasi dan menangani kondisi ini. nan menjadi konsentrasi utama adalah menyadarkan masyarakat bahwa mereka mungkin mempunyai akibat tinggi terhadap kandas jantung,” ujar Antonia Anna Lukito, Chairman Siloam Cardiac Summit, dalam aktivitas Press Conference "Siloam Cardiac Summit 2025" di Jakarta Selatan, Sabtu (11/1).
Menyadarkan masyarakat bakal pentingnya pencegahan bukan perkara mudah. Tantangan terbesar adalah rendahnya kesadaran mengenai hipertensi alias tekanan darah tinggi, nan merupakan salah satu aspek akibat utama kandas jantung. Banyak pasien nan merasa sembuh setelah tekanan darah mereka turun dengan pengobatan, sehingga mereka menghentikan konsumsi obat tanpa pengawasan medis. Hal ini berisiko menyebabkan komplikasi serius di kemudian hari.
“Kesadaran dan kepatuhan itu sangat kurang di antara kita. Banyak nan menganggap obat-obatan, termasuk obat jantung, dapat mengganggu kesehatan. Padahal, obat-obatan ini dirancang untuk menyelamatkan jantung, bukan merusaknya. Ini menjadi tantangan besar bagi kami sebagai tenaga medis,” tegasnya.
Selain itu, kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan alami alias pengganti seringkali menjadi halangan dalam upaya pengobatan. Informasi nan tidak akurat, seperti rekomendasi konsumsi bahan-bahan tertentu untuk menyembuhkan penyakit jantung, tetap banyak beredar di media sosial. Akibatnya, banyak pasien nan terlambat mendapatkan perawatan medis nan tepat, terutama ketika penyakit mereka sudah berada dalam tahap lanjut.
Diperlukan kerjasama beragam pihak guna mengatasi tantangan ini. Tenaga medis, pemerintah, dan organisasi perlu bekerja sama untuk meningkatkan edukasi mengenai pencegahan dan pengobatan penyakit jantung. Program-program edukasi nan berkepanjangan dan pendekatan individual dapat membantu mengubah pola pikir masyarakat agar lebih sadar bakal pentingnya perawatan medis.
“Tujuan kita bukan hanya menurunkan kolesterol alias tekanan darah saja, tetapi juga menjaga pasien dari serangan jantung, kandas jantung, alias komplikasi lainnya. Jadi, krusial bagi kita semua untuk memahami bahwa pengobatan jantung bukanlah sesuatu nan merugikan, melainkan penyelamat nyawa,” tutupnya.
Dengan meningkatnya prevalensi kandas jantung, kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap pengobatan menjadi kunci penting. Kolaborasi beragam pihak serta edukasi berkepanjangan diharapkan bisa menekan nomor komplikasi, sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan dan akibat kematian akibat penyakit jantung dapat diminimalkan. (Z-3)