Kai Luncuran Fitur Carbon Footprint, Jadi Solusi Transportasi Efisien Dan Ramah Lingkungan

Sedang Trending 4 minggu yang lalu
KAI Luncuran Fitur Carbon Footprint, Jadi Solusi Transportasi Efisien dan Ramah Lingkungan Fitur Carbon Footprint resmi diluncurkan oleh KAI(Doc KAI)

KAI terus memperkuat dedikasinya dalam menyediakan moda transportasi nan ramah lingkungan. Sebagai bagian dari langkah konkret tersebut, hari ini KAI meluncurkan fitur terbaru Bernama Carbon Footprint nan dapat diakses melalui aplikasi Access by KAI. Peresmian fitur ini berjalan di Stasiun Gambir pada Senin (23/12), nan dihadiri Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo beserta jejeran dewan KAI Group, dan stakeholder KAI  lainnya. 

Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan apresiasinya atas penemuan terbaru KAI ini nan bakal memberikan faedah besar bagi masyarakat dan lingkungan. 

"Fitur Carbon Footprint merupakan salah satu terobosan krusial dalam mendukung efisiensi dan keberlanjutan transportasi di Indonesia. Langkah ini mencerminkan komitmen KAI untuk terus menghadirkan solusi transportasi nan inovatif dan ramah lingkungan," ujar Kartika.

Kartika juga menambahkan bahwa KAI terus menghadirkan beragam jasa unggulan seperti kereta Whoosh, LRT Jabodebek, dan jasa kereta kompartemen nan memberikan kenyamanan ekstra bagi penumpang. 

"Berbagai penemuan ini menunjukkan bahwa KAI tidak hanya konsentrasi pada keberlanjutan, tetapi juga pada peningkatan kualitas jasa untuk masyarakat luas," imbuhnya.

Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo menyampaikan bahwa fitur Carbon Footprint merupakan penemuan nan mengintegrasikan edukasi lingkungan ke dalam jasa transportasi.

"Keberlanjutan dan pelestarian lingkungan adalah prioritas utama dalam pembangunan. Melalui fitur ini, kami mau menegaskan bahwa kereta api tidak hanya menjadi solusi transportasi nan efisien tetapi juga ramah lingkungan. Inovasi ini adalah langkah nyata KAI untuk mendukung sasaran pembangunan berkepanjangan dan Net Zero Emisi," jelas Didiek.

KAI juga terus memperkuat komitmen untuk penerapan praktik upaya berkepanjangan di Indonesia. Hasil rating ESG S&P Global untuk KAI telah resmi dirilis pada tanggal 18 Desember 2024 dengan skor 41. Sebagai tahun pertama KAI mengikuti rating ini, skor tersebut merupakan pencapaian nan sangat baik dan menempatkan KAI di posisi nan kompetitif secara global.

"Dengan capaian skor sebesar 41 tersebut, KAI termasuk dalam 20% teratas sektor Transportasi dan Infrastruktur Transportasi di tingkat global. Keberhasilan ini mencerminkan kesungguhan dan dedikasi KAI dalam memulai perjalanan keberlanjutan di tahun pertama proses penilaian ESG. Skor ini juga menjadi dasar nan kuat bagi KAI untuk terus memperbaiki keahlian ESG, membangun reputasi sebagai perusahaan transportasi massal nan berkelanjutan, dan berkontribusi pada sasaran keberlanjutan global," ujar Didiek.

Fitur Carbon Footprint sekarang telah tersedia pada jenis terbaru aplikasi Access by KAI (versi 6.9.11) nan dapat diunduh di Play Store dan App Store. Fitur ini memberikan perkiraan emisi karbon setiap perjalanan nan dilakukan pelanggan.

Pada kesempatan nan sama, Vice President Public Relations KAI, Anne Purba mengatakan fitur ini memberikan edukasi nyata bahwa kereta api adalah moda transportasi nan lebih ramah lingkungan dibandingkan moda lain seperti mobil pribadi. 

"Dengan fitur ini, pengguna dapat memahami akibat positif dari penggunaan kereta api dalam mengurangi emisi karbon. Hal ini diharapkan mendorong kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih transportasi nan lebih berkelanjutan," jelas Anne.

Anne menambahkan bahwa fitur Carbon Footprint juga menjadi perangkat transparansi. 

"Kami mau memastikan bahwa pengguna memahami kontribusi mereka terhadap pelestarian lingkungan. Fitur ini sekaligus menjadi referensi untuk program loyalitas pengguna dan kalkulasi emisi perjalanan dengan kereta api," jelasnya.

Ia mencontohkan, emisi karbon perjalanan menggunakan KA Probowangi dari Stasiun Surabaya Gubeng ke Stasiun Ketapang adalah sebesar 2,94 kg CO₂e. Sementara itu, perjalanan dengan mobil pribadi di rute nan sama menghasilkan emisi karbon sebesar 8,79 kg CO₂e, nyaris tiga kali lipat lebih besar.

Perhitungan emisi karbon pada fitur Carbon Footprint merujuk pada izin nasional seperti SNI ISO 14064-1:2018, serta pedoman internasional seperti Kyoto Protocol dan GHG Protocol. Validasi dilakukan melalui studi literatur, benchmarking, dan konsultasi dengan mahir transportasi, konsultan carbon accounting, serta lembaga pemerintah terkait.

"Inovasi fitur Carbon Footprint ini melengkapi beragam langkah KAI dalam mendukung keberlanjutan. Sebelumnya, KAI telah menghadirkan teknologi face recognition untuk mengurangi sampah kertas dan menyediakan water station guna mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai serta penggunaan perangkat makan berbahan kayu (wooden cutlery) pada jasa makan di atas kereta," ujar Anne.

Anne menegaskan bahwa fitur ini adalah salah satu bentuk nyata KAI dalam mendukung pencapaian sasaran Net Zero Emission.

"Kami membujuk masyarakat untuk beranjak ke kereta api, menciptakan masa depan nan lebih berkelanjutan. Mari bersama-sama menjadi pemasok perubahan untuk lingkungan nan lebih baik," tutup Anne. (Adv)