Kadishub Dki Akan Hilangkan Koridor 1 Transjakarta, Kritikus : Karakter Pelanggan Transjakarta Berbeda Dengan Mrt

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
 Karakter Pelanggan Transjakarta Berbeda dengan MRT ilustrasi(Dok.MI)

PERNYATAAN Kepala Dinas Perhubungan (dishub) DKI Jakarta (Daerah Khusus Jakarta) Syafrin Lupito nan menyebut jasa Transjakarta Koridor 1 (Blok M – Kota) bakal ditiadakan jika moda raya terpadu (MRT) tahap II sudah selesai (diperkirakan tahun 2027), dinilai konyol. Ia menjelaskan bahwa karakter pengguna Transjakarta (TJ) itu berbeda dengan karakter pengguna MRT, baik dari aspek sosial ekonomi, tarif, maupun pola perjalanannya, sehingga tidak bisa keberadaan MRT itu menggantikan jasa TJ, meskipun satu rute.

"Ini jelas langkah nan tidak tepat, untuk tidak menyebut konyol. Kadishub dipastikan tidak tahu kondisi lapangan, termasuk kondisi pengguna MRT dan Transjakarta (TJ). Kalau memahami kondisi alias karakter pengguna MRT dan TJ tentu tidak bakal mengeluarkan pernyataan tersebut," ujar Kritikus Transportasi Darmaningtyas melalui keterangan tertulis nan diterima, Minggu (22/12)
 
Pertama, ujar dia, dari aspek sosial ekonomi, pengguna MRT mempunyai kelas social ekonomi nan lebih tinggi, terlihat dari penampilan fisiknya nan lebih glowing, jenis pakaiannya nan rata-rata bermerk, farfum nan digunakan, maupun tentengan tasnya. Sangat jarang (boleh dikatakan tidak pernah terlihat sama sekali) pengguna MRT menenteng tas plastik (tas kresek) alias kardus. Tapi terlalu mudah menemukan pengguna TJ membawa tentengan tas kresek alias kardus. Jadi dari aspek social ekonomi ini saja, sangat tidak realistis memindahkan pengguna TJ ke MRT. B

"Begitu mereka dipaksa pindah ke MRT lantaran jasa TJ Koridor 1 dihapuskan, maka mereka bakal pindah ke sepeda motor, dan ini jelas suatu kekonyolan nan tidak terampuni," ucapnya.

Kedua, sambung Darmaningtyas, dilihat dari segi tarif, tarif MRT jelas jauh lebih mahal lantaran berasas jarak tempuh. Saat ini saja, jarak Lebak Bulus – Bunderan HI tarifnya mencapai Rp. 14.000,-. Naik TJ hanya Rp. 3.500,-. Seandainya pada tahun 2027 kelak tarif TJ naik menjadi Rp. 5.000,- bakal tetap jauh lebih murah dibandingkan tarif MRT dari Lebak Bulus sampai Kota nan mungkin bisa mencapai Rp. 30.000,-.  Dengan tarif sebesar itu, jelas tidak mungkin terjangkau oleh pengguna TJ. Tarif itu terjangkau bagi pengguna mobil pribadi. 

"Jadi semestinya langkah berfikir insan Dinas Perhubungan Daerah Khusus Jakarta (DKJ) itu bukan menghapus jasa TJ Koridor 1, tapi gimana memindahkan pengguna mobil pribadi ke pikulan umum khususnya MRT," terangnya.

Menurut Darmaningtyas, kebijakan-kebijakan nan sudah lebih dari 15 tahun digodok dan dikaji, seperti misalnya tarif parkir tengah kota nan mahal, tidak boleh parkir di badan jalan, dan nilai BBM untuk kendaraan pribadi nan mahal, diimplementasikan. Ia mengatakan menghapus jasa Koridor 1 jelas bukan kebijakan nan cerdas, dan bertentangan dengan Pembangunan MRT itu sendiri nan sejak diwacanakan untuk memindahkan pengguna kendaraan pribadi, bukan memindahkan pengguna pikulan umum lainnya.

Ia pun mengatakan menghapus jasa TJ Koridor 1 jelas bakal menurunkan jumlah pengguna pikulan umum dan bakal meningkatkan pengguna kendaraan pribadi, utamanya motor. Kontribusi Koridor 1 dalam memfasilitasi mobilitas penduduk Jabodetabek setiap harinya cukup tinggi, bisa mencapai 66.000 orang pada hari kerja. 

"Kalau 50% mereka kembali naik motor, lantaran tidak bisa naik MRT, maka itu bakal nambah ruwet Kota Jakarta," ucapnya.

Ketiga, pola perjalanan pengguna TJ berbeda dengan pola perjalanan pengguna MRT. Kalau Kadishub alias insan Dinas Perhubungan sesekali naik Koridor 1 dari Balok M sampai Kota bakal tahu bahwa pengguna Koridor 1 saat ini sudah mengalami pergeseran dibandingkan dengan 21 tahun silam saat Koridor 1 untuk pertama kalinya dioperasikan untuk rute Blok M – Kota. Saat itu Sebagian pengguna dari Blok M bakal banyak naik dari Halte Ratu Plaza (Bunderan Senayan) sampai dengan Monas, dan bakal banyak turun mulai dari Halte Dukuh Atas hingga Harmoni.  Demikian pula pada saat jam sibuk sore hingga petang hari, pengguna terbanyak mulai naik dari  Halte Harmoni hingga Bunderan Senayan, dan turun di Blok M.

Sekarang dengan adanya pengembangan koridor, termasuk Koridor 13 dan pengembangan rute TJ, Koridor 1 telah menghubungkan jasa dengan Koridor 2, 3, 4, 6, 8, 9, 12,13, dan jasa sejumlah rute non koridor, seperti 1A (Balai Kota-Pantai Maju), 1C (Blok M – Pesanggrahan), 1E (Blok M – Pondok Labu),  1N (Blok M – Tanah Abang), 1P (Blok M – Senen), 1Q (Blok M – Rempoa), 3H (Jelambar – Kota), 4K (Kejaksaan – Pulogadung), 5A (Ragunan – Balai Kota via Kuningan), 6B (Ragunan – Balai Kota via Semanggi), 6M (Blok M – Stasiun Manggarai), 6U (Blok – Pasar Minggu via Mampang), 6V (Ragunan – GBK), 7B (Blok M – Kampung Rambutan), 8C (Kebayoran Lama – Tanah Abang),  8D (Blok M – Joglo), 8E (Blok M – Bintaro), T22 (Kejaksaan – Ciputat), Jak 31 (Blok M – Andara), serta Jak 102 (Blok M – Lebak Bulus).  

Mereka nan dari Kawasan Sudirman – Thamrin hingga Medan Merdeka nan bakal menggunakan jasa LRT Jabodebek juga dapat menggunakan jasa TJ Koridor 1 lampau turun di Halte Dukuh Atas alias Bunderan HI Astra untuk selanjutnya naik Koridor 6, 6A, dan 6B. Sedangkan nan bakal menggunakan jasa KCI dapat turun di Halte Tosari alias Dukuh Atas lampau jalan kaki.

"Melihat jaringan rute Koridor 1 nan begitu banyak dan luas, maka penghapusan jasa Koridor 1 adalah suatu kesalahan nan banget fatal. Pernyataan Kadishub Syafrin Lupito nan menghapuskan jasa TJ Koridor 1 itu menjadi bukti bahwa Kadishub dan insan Dinas Perhubungan sendiri tidak pernah naik TJ, khususnya Koridor 1 sehingga staf-stafnya tidak dapat memberikan masukan nan sesuai realitas," tukasnya. (H-3)