![Jelang Pesta Kembang Api 2025, Gaza tak Henti Dihujani Mesiu](https://Universodelibros.com/cdn-cgi/image/width=800,quality=80,format=webp/https://asset.Universodelibros.com/news/2024/12/27/1735266418_8964f61cadd999e20eba.png)
GAZA Utara menjadi sasaran operasi pengeboman besar-besaran tentara Israel nan menargetkan gedung nan tersisa di beberapa wilayah tersebut, menurut saksi mata nan dihubungi Anadolu pada Kamis (26/12). Pengeboman dilakukan di beragam lokasi, terutama di sekitar Rumah Sakit Al-Awda dan Rumah Sakit Kamal Adwan, kata para saksi.
Mereka menambahkan bahwa penghancuran dilakukan menggunakan "robot" peledak nan ditanam di antara gedung tempat tinggal, sehingga menyebabkan kerusakan nan sangat besar.
Kanal 13 Israel melaporkan bahwa bunyi ledakan dari operasi penghancuran tersebut terdengar hingga Tel Aviv dan wilayah sekitarnya.
"Kejahatan Israel ini jelas terkonsentrasi di lingkungan pemukiman, menara, dan blok apartemen, seiring berlanjutnya genosida oleh tentara pendudukan di Gaza utara," kata Ismail Al-Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah di Gaza, kepada Anadolu.
"Setelah lebih dari 80 hari agresi tanpa henti terhadap Gaza utara, jumlah korban telah melampaui 4.800 orang, termasuk orang-orang nan hilang, lebih dari 12.500 terluka, dan lebih dari 1.900 orang ditahan," tambahnya.
Al-Thawabta menyoroti bahwa "agresi Israel nan terus berjalan tersebut menargetkan manusia dan infrastruktur, menghancurkan komponen krusial kehidupan seperti rumah sakit, sekolah, rumah tinggal, dan akomodasi vital lainnya."
Ia mendesak organisasi internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan semua pihak mengenai untuk "segera dan mendesak menghentikan perang sadis itu dan meminta pertanggungjawaban para pemimpin pendudukan atas kejahatan mereka terhadap kemanusiaan."
Israel meluncurkan serangan darat berskala besar di Gaza utara pada 5 Oktober dengan dalih mencegah golongan perjuangan Palestina, Hamas untuk berkumpul kembali.
Namun, penduduk Palestina menuduh Israel berupaya menduduki wilayah tersebut dan menggusur penduduknya secara paksa.
Sejak saat itu, support kemanusiaan nan memadai, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, tidak diizinkan masuk ke wilayah tersebut, membikin masyarakat nan tersisa berada di periode kelaparan.
Israel telah menewaskan lebih dari 45.000 orang di Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, nan menyebabkan wilayah tersebut hancur total.
Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang nan dilancarkannya di wilayah tersebut. (Ant/I-2)