KEPALA Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Robi Sugara, menilai jatuhnya Bashar Al-Assad merupakan corak reformasi Suriah layaknya reformasi 1998 nan terjadi di Indonesia, di mana masyarakat sudah jengah terhadap pemerintahan dan menginginkan adanya perubahan.
Menurut dia, tergulingnya mantan Presiden Suriah itu sebenarnya merupakan protes dari masyarakat. Adapun Al-Assad turun takhta setelah golongan anti rezim menguasai Damaskus, Ibu Kota Suriah, pada Minggu (8/12).
“Bashar al-Assad itu kan sebenarnya sudah dikomplain oleh masyarakatnya. Ini betul transisi politik, transisi dari masyarakat nan sebetulnya memang diinginkan,” kata Robi dalam keterangan tertulisnya nan diterima di Jakarta, Minggu.
Namun, dia mengungkapkan kekhawatiran terhadap narasi nan berkembang di Indonesia, khususnya media sosial nan condong menganggap ini adalah kemenangan umat Muslim, kemenangan para mujahid.
Pasalnya, dia menilai momentum ini bisa dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok ekstremis, radikal untuk mengembalikan semangat untuk memainkan narasi propaganda untuk menyesatkan masyarakat.
"Tapi nan terpenting sebenarnya adalah memahami orang-orang Indonesia, orang-orang nan di luar Suriah, nan kemudian bisa jadi mereka bakal terjebak golongan teror nan mengatasnamakan kepercayaan untuk mengembalikan semangatnya, untuk regroup dan reorganisasi,” katanya.
Menurut dia, Suriah telah melalui masa-masa nan sangat susah setelah perjuangan panjang rakyatnya, nan tidak hanya melibatkan perlawanan fisik, tetapi juga pengaruh dari negara-negara besar, misalnya Turki, Qatar, Amerika dan Israel.
Hal itu, kata dia, diindikasikan lantaran tidak ada perlawanan nan masif ketika Hayat Tahrir Al-Syam (HTS) alias organisasi pembebasan islamis masuk ke Damaskus hingga munculnya pemerintahan transisi dan dirangkulnya golongan kelompok minoritas untuk bisa hidup berdampingan di Suriah.
Dia memandang bahwa perihal itu adalah corak diplomasi-diplomasi di tingkat elit nan ditunjukkan dengan hadirnya bumi internasional untuk menormalisasi hubungan dengan pemerintah Suriah nan baru.
“Ini bukan kemenangan 100 persen nan dilakukan oleh perlawanan, tapi kemenangannya itu lewat jalur diplomasi. Jalur diplomasi adalah memanfaatkan negara-negara nan punya kepentingan dengan golongan perlawanan itu dalam rangka mengganti rezim Suriah,” kata dia.
Untuk itu, dia menyerukan pemerintah RI meluruskan narasi-narasi nan beredar di media sosial agar tidak menyesatkan masyarakat. Jangan sampai masyarakat disesatkan seperti pada masa munculnya ISIS, dan kudu jeli dalam membaca situasi dan geopolitik nan terjadi di Timur Tengah.
Selain itu, dia mengimbau pemerintah melakukan konsolidasi antara ulama-ulama moderat Indonesia dan ustadz moderat di Suriah untuk membangun misi perdamaian, dan meredam bunyi golongan garis keras. Menurutnya, banyak ustadz Indonesia nan mempunyai kedekatan dengan ustadz Suriah.
“Indonesia punya keahlian itu untuk melakukan diplomasi terhadap Suriah dengan melakukan pendekatan dan berkomunikasi dengan ulama-ulama nan karismatik di Suriah,” pungkasnya. (Ant/I-2)