ISRAEL menyetujui rencana untuk menarik pasukan dari Jalur Gaza, Palestina. Hal ini menjadi kemajuan dalam upaya negosiasi pertukaran tahanan dengan Hamas.
Surat berita Haaretz mengatakan militer mengesahkan beberapa rencana penarikan sigap tentara dari Gaza sebagai tanggapan atas kemajuan dalam perundingan. Surat berita itu mengkaji sejumlah opsi, termasuk menarik pasukan melalui Koridor Netzarim, nan membagi Gaza menjadi dua.
Namun Middle East Eye tidak dapat memverifikasi laporan ini secara independen. Koridor Netzarim adalah hamparan tanah nan membagi Gaza menjadi bagian utara dan selatan.
Koridor ini membentang dari perbatasan Israel dengan Kota Gaza hingga Laut Mediterania dan digunakan oleh pasukan Israel untuk memantau dan mengendalikan pergerakan penduduk Palestina.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan delegasinya untuk berangkat ke Doha guna memajukan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.
Tim negosiasi terdiri dari Kepala Mossad David Barnea, Kepala Shin Bet Ronen Bar, Mayjen Nitzan Alon (kepala Divisi Tentara Hilang dan Tawanan di tentara Israel), dan penasihat politik Ophir Falk.
Netanyahu membikin keputusan tersebut setelah mengadakan obrolan penilaian situasi darurat pada Sabtu sebelumnya mengenai topik sandera dan orang lenyap dengan Menteri Pertahanan Israel Katz, pejabat keamanan senior dan perwakilan pemerintah AS.
Pada Sabtu sebelumnya, Netanyahu berjumpa dengan utusan Trump nan bakal datang untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.
Media Haaretz melaporkan mereka menerima info nan menunjukkan bahwa tentara Israel mengesahkan rencana untuk segera menarik pasukan dari sebagian besar wilayah Jalur Gaza.
"Militer Israel telah mempelajari beragam langkah untuk menarik pasukan dari Gaza," kata media itu menurut pernyataan dari Kantor Perdana Menteri.
Penarikan pasukan termasuk melalui Koridor Netzarim, nan membentang dari laut ke perbatasan seberang dengan Israel, membelah wilayah kantong nan terkepung dan mengisolasi Gaza utara.
Menurut Haaretz, militer menekankan bahwa mereka bakal dapat melaksanakan perjanjian apa pun nan disetujui oleh ketua politik di Israel, termasuk perjanjian nan mengharuskan pemindahan segera.
Di masa lalu, Hamas telah menjadikan penarikan pasukan Israel dari wilayah kantong tersebut sebagai syarat untuk memulai negosiasi, tetapi baru-baru ini mengalah dan bersedia menyetujui penarikan berjenjang serta pertukaran sandera secara bertahap. (Z-2)