PARA ilmuwan sukses menemukan lapisan es nan berumur 1,2 juta tahun di kedalaman Antartika. Temuan ini memberikan gambaran berbobot tentang suasana purba Bumi dan sebagai petunjuk krusial untuk memahami perubahan suasana sepanjang sejarah planet ini.
Di area terpencil Little Dome C di Antartika, tim peneliti, nan terdiri dari perwakilan 12 lembaga ilmiah dari sepuluh negara Eropa sukses mencatat pencapaian krusial dalam pengetahuan suasana nan belum pernah terjadi sebelumnya.
Tim peneliti internasional menggali es di Little Dome C Field Camp di Antartika, nan berada di ketinggian 3.233 meter (10.607 kaki) di atas permukaan laut.
Mereka memanfaatkan radar untuk memindai bawah permukaan dan menggunakan pemodelan komputer aliran es guna memperkirakan letak es purba ini membikin perkiraan mereka terbukti akurat.
Proses ini tidaklah mudah. Di dataran tinggi Antartika, suhu rata-rata saat musim panas mencapai minus 35 derajat Celsius alias minus 31 derajat Fahrenheit.
Sebagai bagian dari proyek Beyond EPICA - Oldest Ice nan didanai oleh Uni Eropa, mereka sukses menyelesaikan pengeboran hingga kedalaman 2.800 meter. Mencapai titik di mana lapisan es Antartika berjumpa dengan batuan dasar.
Data nan dikumpulkan berpotensi memperluas pemahaman kita tentang perubahan suasana nan terjadi selama jutaan tahun.
Dikutip dari Click Petroleo Gas, Minggu (12/1), Frank Wilhelms, peneliti utama dan guru besar tambahan di Universitas Göttingen dan Institut Alfred Wegener mengatakan mereka menemukan catatan nan mencakup rentang 0,8 hingga 12 tahun nan lalu.
“Persis seperti nan diprediksi. Ini memperluas inti es nan diperoleh 20 tahun lampau oleh proyek EPICA,” tambahnya.
Inti es nan dihasilkan mempunyai panjang 2.800 meter. Namun, nan membuatnya spesial bukan hanya ukurannya, melainkan kandungan kantong-kantong udara purba nan terawetkan sekitar 1,2 juta tahun lalu, alias apalagi lebih.
Sebagai perbandingan, inti es sebelumnya hanya bisa memberikan bukti langsung tentang suasana dan kondisi lingkungan Bumi hingga 800.000 tahun nan lalu.
Ahli paleoklimatologi mempunyai metode nan andal untuk mempelajari suasana masa lampau Bumi secara tidak langsung. Sebagai contoh, kajian inti es telah menunjukkan bahwa kadar karbon dioksida di atmosfer Bumi, nan berfaedah menjebak panas, sekarang mencapai tingkat tertinggi dalam sekitar 800.000 tahun terakhir. Temuan ini memberikan bukti tak terbantahkan tentang kondisi suasana masa lampau Bumi.
Para intelektual meyakini bahwa inti es nan lebih tua ini bakal memberikan wawasan baru tentang periode nan dikenal sebagai Transisi Pertengahan Pleistosen, nan terjadi sekitar 900.000 hingga 1,2 juta tahun nan lalu.
Pada masa tersebut, terjadi perubahan mencolok dalam interval antara siklus glasial, proses tersebut ketika lapisan es meluas di sebagian besar benua lampau menyusut kembali dari 41.000 tahun menjadi 100.000 tahun.
Proses pengeboran sekarang telah selesai. Namun, upaya untuk membawa es tersebut dengan kondusif ke laboratorium dan menganalisis atmosfer nan berumur lebih dari satu juta tahun sekarang memasuki tahap berikutnya.
“Inti es nan sangat berbobot nan diperoleh selama ekspedisi ini bakal dikirim ke Eropa menggunakan kapal pemecah es Laura Bassi, dengan memastikan rantai dingin tetap terjaga pada suhu minus 50 derajat Celsius, tantangan signifikan bagi proyek logistik," jelas Gianluca Bianchi Fasani, kepala logistik ENEA (Badan Nasional untuk Teknologi Baru, Energi, dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan) untuk proyek Beyond EPICA. (Z-1)