Harapan Guru Untuk Jakarta Menuju Usia 5 Abad

Sedang Trending 3 minggu yang lalu

INFO NASIONAL – Jakarta dua tahun lagi bakal berumur 500 tahun. Maharani nan sejak mini bermukim di area Roxy, Jakarta Pusat, merasakan kota ini mengalami perubahan nan semakin baik. “Menurut saya Jakarta itu luar biasa. Kota nan berkembang, dan saya bangga jadi penduduk Jakarta,” ujarnya saat berjumpa Info Tempo, Jumat, 20 Desember 2024.

Berprofesi sebagai guru, Maharani berambisi Jakarta dengan statusnya sebagai kota dunia berupaya meningkatkan beragam kebutuhan di bumi pendidikan. Menurut dia, kota dunia kudu menjadi kota pandai alias smart city. Kendati mengajar di tengah Jakarta nan sangat dekat dengan sentral pemerintahan, dia menilai media pembelajaran untuk peserta didik tetap kurang. “Jadi, saya berambisi pemerintah lebih memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan,” kata dia.

Siswa di sekolah berasal dari beragam latar belakang keluarga. Bagi anak dengan orang tua berpendapatan menengah ke atas tentu tidak terlalu susah menyediakan gawai untuk kebutuhan belajar sang anak. “Sejak era pandemi Covid-19 kan kita semakin berkawan dengan pembelajaran digital. Tapi ada siswa nan tidak punya laptop, lebih kesulitan menerima pelajaran dengan sistem online,” ucap Maharani.

Pendapat serupa diucapkan oleh Anang Wahyu Pramono, pembimbing nan tinggal di Cilincing, Jakarta Utara. Jakarta sebagai kota pandai kudu terintegrasi antara teknologi dan bumi pendidikan. “Masalahnya tetap kurang merata. Belum semua sekolah mendapat akomodasi komputer. Menyulitkan jika kudu ujian online. Kami sebagai pembimbing kudu berpikir agar ujian bisa terlaksana sesuai petunjuk dinas, gimana caranya semua siswa bisa ikut ujian,” ucap Anang.

Kendati begitu, Anang melanjutkan, Jakarta nan saat ini tetap berstatus ibu kota mendapatkan banyak keuntungan. Bantuan internet untuk sekolah-sekolah dapat dibilang telah merata lantaran mendapat support dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. “Jadi, angan saya hanya satu, sarana dan prasarana teknologi ke depan lebih merata sehingga pembimbing dan siswa bisa semakin nyaman, kudu ter-cover dari tingkat SD sampai SMA,” ucapnya.

Endah Oktavia Dewi Kosmara, Kepala Sekolah SDN 01 Gambir, punya angan lain untuk Jakarta. Ia mau training untuk para pembimbing guna meningkatkan kompetensi terus ditingkatkan. Sebenarnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta kerap menggelar training secara luring maupun daring. “Tapi belum semua pembimbing bisa mendapatkan akomodasi itu,” ujar dia.

Selain itu, terkadang materi training nan diberikan selalu berulang sehingga pembimbing nan pernah ikut akhirnya menghadapi topik pembelajaran nan sama, akhirnya tidak terjadi peningkatan kompetensi lantaran kandas mendapat pengetahuan baru mengenai bumi ajar. “Akhirnya pembimbing itu tetap ikut lantaran diharuskan, tapi jadinya sekadar menggugurkan kewajiban,” kata Endah.

Beban sekolah lainnya, Endah menambahkan, adalah tanggungjawab menjadi lembaga pendidikan nan inklusif. Di satu sisi, dia mengaku sangat senang lantaran membuka kesempatan pada semua anak berkebutuhan unik alias kaum disabilitas mendapatkan pendidikan. “Itu bagus banget, tepat dengan status Jakarta sebagai kota dunia berumur 5 abad. Saya bangga dengan Pemprov,” ujarnya.

Satu perihal nan kudu disiapkan pemerintah, menurut Endah, penambahan pembimbing unik nan terbiasa menangani kaum disabilitas. “Kalaupun kudu dari pembimbing nan ada di sekolah, buatkan training nan intens sehingga Peraturan Gubernur Nomor 32 Tahun 2021 nan mengatur kuota 25 persen untuk disabilitas dapat diimplementasikan,” tuturnya.

Inklusivitas juga menjadi perhatian Linda Haerunnisa. Sebagai guru, dia berambisi Jakarta menjelang usianya ke-500 tahun semakin setara dalam segala hal. “Baik dari segi pendidikan, infrastruktur, dan juga kesetaraan gender. Semua kudu inklusif. Jangan sampai nan di pusat Jakarta semuanya bagus fasilitasnya, tapi di pinggir-pinggiran tetap kurang lengkap. Semua kudu merata,” ucap ASN nan mengawali pekerjaan sebagai pengajar honorer ini.

Guru lainnya, Sri Mulyati, meletakkan angan besar untuk kota dunia Jakarta. “Jakarta kudu menjadi referensi untuk daerah-daerah nan lain, terutama pendidikannya. Jadi sesuai dong sebagai smart city. Harus juga smart teacher, mungkin kudu juga smart financial supaya pembimbing lebih semangat, termotivasi, sehingga menciptakan generasi masa depan nan lebih baik,” kata dia. (*)