Universodelibros.com, Jakarta - Kompetisi domestik di Indonesia kerap kali memunculkan striker-striker galak nan menjadi mesin gol. Namun, tak semua penyerang tersebut bisa mempunyai nasib nan mujur berbareng Timnas Indonesia.
Beberapa pemain di antaranya merupakan amunisi naturalisasi. Mereka awalnya merupakan penyerang asing nan telah cukup lama menetap di Indonesia, hingga akhirnya memutuskan berganti paspor menjadi WNI.
Ada pula satu penyerang lokal nan punya rekam jejak mentereng berbareng klub. Namun, dia tak mempunyai kesempatan nan lenggang untuk bisa mencatatkan kiprahnya berbareng Timnas Indonesia karena kalah bersaing.
Lantas, siapa saja para penyerang sekaligus mesin gol galak di kejuaraan domestik selama 10 tahun terakhir nan mempunyai nasib kurang mujur berbareng Timnas Indonesia? Berikut Universodelibros.com menyajikan ulasannya.
Yuk gabung channel whatsapp Universodelibros.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ilija Spasojevic
Semenjak memutuskan menjadi penduduk negara Indonesia, Ilija Spasojevic sebetulnya sempat diharapkan menjadi sosok mesin gol nan andal bagi Timnas Indonesia. Pasalnya, rekam jejaknya di kejuaraan domestik sangat meyakinkan.
Dia menjadi satu di antara pemain nan kerap meramaikan daftar pencetak gol terbanyak, terutama di era Liga 1. Satu di antara periode terbaiknya adalah ketika Spaso menjadi top scorer Liga 1 2021/2022, sekaligus membawa Bali United meraih gelar juara.
Sebelumnya, dia juga pernah merasakan gelar juara Liga 1 2019 berbareng Serdadu Tridatu. Adapun gelar pertamanya di Indonesia diraih berbareng Bhayangkara FC ketika menjadi kampiun pada jenis 2017.
Ketajaman itu juga tetap bersambung pada musim berikutnya, ialah 2022/2023. Namun, saat skuad Merah Putih menghadapi gelaran Piala AFF 2022, striker kelahiran Montenegro itu tetap kandas mencuri hati Shin Tae-yong.
Meskipun jadi salah satu pemain nan dibawa, Spaso tetap minim kepercayaan. Dia tak menjadi pilihan utama. Akhirnya, dia hanya bermain sebanyak lima kali di Piala AFF 2022 dengan kontribusi satu gol dan satu assist.
Samsul Arif
Selain nama-nama tenar seperti Bambang Pamungkas hingga Boaz Solossa, Indonesia sebetulnya juga mempunyai sosok penyerang nan tajam dalam diri Samsul Arif. Striker asal Bojonegoro itu pernah menjadi salah satu mesin gol nan disegani di kejuaraan domestik.
Memang, pemain nan mengawali kariernya berbareng Persikaba Blora tersebut belum pernah merebut gelar top scorer di kejuaraan domestik. Namun, pada masa-masa puncak kariernya, dia kerap bersaing dalam daftar pencetak gol terbanyak ini.
Pada arena Indonesia Super League (ISL) 2014, misalnya, dia menduduki urutan kedua pencetak gol terbanyak saat memperkuat Arema Cronus. Ketika itu, dia hanya kalah dari Emmanuel Kenmogne, striker asal Kamerun nan mengukir 25 gol.
Dia juga pernah menduduki urutan keempat pencetak gol terbanyak pada Liga 1 2017 ketika memperkuat Persela Lamongan. Pada musim berikutnya, dia menjadi tulang punggung Barito Putera dengan catatan 14 gol.
Sayangnya, dia tak punya banyak kesempatan mengabdi untuk Timnas Indonesia. Pemain nan sekarang berseragam berbareng Persela di kasta kedua itu hanya sanggup mengoleksi dua gol dari 16 caps internasional berbareng skuad Garuda.
Alberto Goncalves
Striker lainnya nan juga pernah menjadi satu di antara mesin gol rawan di Indonesia adalah Alberto Goncalves. Beto, sapaan akrabnya, punya rekam jejak nan mentereng meski sering kali berpindah-pindah klub.
Sejak memutuskan berkarier dan menetap di Indonesia, pemain asal Brasil tersebut sering mewarnai daftar pencetak gol terbanyak. Dia pernah menjadi top scorer ISL 2011/2012 ketika memperkuat Persipura Jayapura.
Pada arena ISC A 2016, dia juga sukses merebut gelar serupa setelah mengoleksi 25 gol. Bahkan, ketika usianya sudah beranjak senja, dia juga tetap bisa menjadi top scorer di Liga 2 ketika membantu Persis Solo meraih gelar juara pada 2021.
Sayangnya, masa pengabdian Beto untuk Timnas Indonesia tak berjalan lama. Dia hanya bisa memperkuat selama dua tahun saja, ialah pada periode 2018-2019. Kontribusinya mencapai 10 gol dan 1 assist dari 10 pertandingan.
Jika saja Beto lebih awal menjadi WNI, bukan tidak mungkin dia bakal mempunyai catatan nan lebih mewah berbareng skuad Garuda. Dia baru menjalani proses naturalisasi ketika umurnya masuk kategori uzur, sehingga baru debut di usia 37 tahun.