MASUKNYA Indonesia dalam poros ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan) membuka kesempatan bagi Indonesia mengubah hadapan dalam impor minyak mentah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, tidak jadi persoalan jika Indonesia pada akhirnya impor minyak dari Rusia.
Selama ini, sumber utama impor minyak mentah Indonesia berasal dari Nigeria, Saudi Arabia, Angola dan Gabon. Sedangkan, sumber utama impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia adalah Singapura dengan porsi 56,58%, Malaysia 26,75%, India 6,28%, dan negara lainnya seperti Tiongkok, Oman, Korea.
Pemerintah, kata Bahlil, terbuka dengan negara manapun untuk mendatangkan kesempatan kerja sama ekonomi. Itu termasuk menyuplai pasokan minyak dari banyak negara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Ketika kita bangun (hubungan) dengan BRICS, dan kemudian ada kesempatan untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai patokan dan tidak ada persoalan, kenapa tidak," ujarnya di Jakarta, Jumat (10/1).
Bahlil menyebut Indonesia menganut asas politik bebas dan aktif. Dengan kata lain, tidak terikat dalam salah satu blok. Hal itu termasuk dalam perihal kerja sama perdagangan, khususnya di bagian minyak dan gas (migas).
"Dengan Indonesia menganut asas politik bebas dan aktif, semua kesempatan nan menguntungkan Indonesia, baik berasosiasi dengan BRICS maupun dengan OECD (Organization of Economic Co-operation and Development), saya pikir enggak ada masalah," tegasnya.
Bahlil menyebut pemerintah terus membuka kesempatan kerja sama untuk memenuhi pasokan minyak nan selama ini terus berjuntai pada luar negeri.
"Jadi, ya mungkin saja kesempatan itu ada (pembelian minyak dari Rusia). Asal minyaknya dari sana. Tapi, ini kan belum pasti ya," pungkasnya. (Ins/E-2)