Keputusan Arab Saudi Bikin Harga Minyak Turun 3 Persen
Harga minyak turun lebih dari 3 persen pada Kamis (26/9) setelah laporan Financial Times mengenai Arab Saudi yang akan melepaskan target harga US$100 untuk meningkatkan produksi bersama OPEC dan sekutunya pada Desember mendatang. Menurut Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun menjadi US$71,60 per barel, sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun menjadi US$67,67 per barel.
Financial Times melaporkan bahwa Arab Saudi bersiap untuk mengabaikan target harga tidak resmi minyak US$100 per barel dan mulai meningkatkan produksi. Hal yang sama juga direncanakan oleh OPEC+. Dua sumber OPEC+ menyatakan bahwa mereka akan terus meningkatkan produksi minyak pada bulan Desember.
Analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, mengatakan bahwa pasar bereaksi berlebihan terhadap berita dari FT. Sementara itu, analis di PVM, Tamas Varga, mengungkapkan bahwa peningkatan produksi bisa mengganggu keseimbangan minyak global dan menekan harga.
Selain itu, kekhawatiran atas kondisi ekonomi China juga memberikan tekanan pada harga minyak. Ada kekhawatiran bahwa kondisi ekonomi China yang lesu dapat menekan permintaan harga minyak.
Dengan adanya penurunan harga minyak dan peningkatan produksi yang direncanakan oleh Arab Saudi dan OPEC+, pasar minyak global dapat mengalami ketidakstabilan. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan stok pada tahun-tahun mendatang dan menjaga harga tetap rendah.
Apakah peningkatan produksi ini merupakan pertanda perang pasokan di dalam dan di luar organisasi, masih menjadi pertanyaan besar bagi para pelaku pasar minyak. Yang jelas, situasi ini memunculkan ketidakpastian mengenai arah harga minyak di masa depan.
Dengan demikian, para pelaku pasar minyak perlu waspada terhadap perkembangan selanjutnya dan mempertimbangkan strategi investasi yang tepat untuk menghadapi kondisi pasar yang tidak stabil. Semoga dengan langkah yang bijak, pasar minyak dapat kembali pulih dan stabil dalam waktu yang tidak terlalu lama.