Dua Orang Meninggal Akibat Banjir Dan Tanah Longsor Di Sulsel

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
Dua Orang Meninggal Akibat Banjir dan Tanah Longsor di Sulsel Evakuasi korban banjir di Sulawesi Selatan(Dok. Basarnas Provinsi Sulawesi Selatan.)

HUJAN nan terjadi beberapa hari terakhir, mengakibakan banjir dan tanah longsor terjadi di 12 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan (Sulsel). Bahkan, mengakibatkan dua korban jiwa, satu orang meninggal setelah terseret arus banjir di Kabupaten Barru, dan satu lantaran tertimbun longsor di Kabupaten Soppeng.

Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Selatan, 12 kabupaten/kota nan banjir tersebut, yatu Kabupaten Barru, Maros, Soppeng, Sidenreng Rappang (Sidrap), Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Jeneponto, Bone, Gowa, Wajo, Pinrang, dan Kota Makassar, serta Kota Parepare. Untuk nan longsor, ada Kabupaten Maros, Soppeng, dan Gowa.

"Kondisnya sekarang tetap kita pantau terus, ada nan airnya sudah surut. Ada juga nan tetap tinggi, lantaran memang hujan tetap terus mengguyur," jelas Kepala Pelaksana BPBD Sulsel Amson Padolo, Minggu (22/12).

Untuk nan meningga itu, semuanya anak-anak. "Di Kabupaten Barru, anak itu terseret air saa baru pulag sekolah, Sabtu (21/12). Semetara nan di Soppeng, anaknga tertimbun longsor di dalam rumah, nan tidak sepat diselamatkan orag tuanya. Kita berambisi tidak ada tambahan korba jiwa," seru Amson.

Ia menambahkan, kondisi musibah kali ini, terparah terjadi di Kabupaten Barru, Maros, Pangkep dan Soppeng. Keempa kabupaten ini saling berbatasan. Bahkan akibat banjir dan longsor tersebut, kondisi jalan tidak bisa dilintasi kendaraan jenis apa pun.

Antrean kendaraan nan mau ke Pangkep dari arah Makassar dan Maros tertahan lantaran air cukup tinggi, apalagi sudah melintasi jembatan dan jalan raya. Demikian pula dari arah Barru menuju Soppeng, jalan Trans Sulawes Tertutup material longsor.

"Saya nan biasanya dari Makassar ke soppeng hanya menempuh waktu 4-5 jam, ini saya baru tiba setelah 12 jam. Karena kita menunggu air surut selama 3 jam di wilayah Kajuara, perbatasan Maros-Bone, tapi tida ada tanda-tanda surut, maka berputar ke Pangkep, tapi juga tertutup lantaran air juga naik sampa paha (70 centimeter). Akhirnya berbalik arah dan bisa tiba di rumah," jelas Jenny, 26, penduduk Soppeng.

Kendati deikian, Amson meminta penduduk tidak perlu khawatir, lantaran BPBD dan semua stakeholder terkait sudah siaga menghadapi bencana, termasuk support makanan, dan logistik lainnya. "Kita selau menyiapka buffer stock, support lain aan menyusul, jika mdang aaa perihal mendesak alias ada kekurangan," tukas Amson.

Semetara itu, mengenai kemungkinan dilakukannya Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), seperti nan dilauka tahun sebelumnya untuk megurangi intensitas hujan, dan meminimalisir akibat musibah nan meluas, menurut Amson, Sulsel belum ada rencana untuk itu.

"Belum ada rencana untuk TMC, lantaran belum pada kondisi cuaca hujan cengkir intensitas hujan deras nan ekstrem. Jika kondisi itu terjadi, kita baru bakal ajuka dilakukan TMC," pungkas Amson.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memang mengeluarkan peringatan awal cuaca untuk Wilayah Sulawesi Selatan pada 22 Desember 2024 pada pukul 13.00 Wita berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat nan dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada pukul 13.30 Wita. Kondisi tersebut, diperkirakan tetap dapat berjalan hingga pukul 15.30 Wita. (H-3)