DEBU dari letusan gunung berapi antik di Mars dapat memberikan petunjuk baru dalam pencarian kehidupan asing, menurut sebuah studi terbaru.
Jenis batuan nan baru ditemukan ini tersebar di letak pendaratan misi rover Mars nan bakal datang, nan dijadwalkan untuk diluncurkan pada tahun 2028.
Dalam studi nan diterbitkan di Journal of Geophysical Research: Planets, para peneliti mempelajari batuan tersebut menggunakan info dari satelit nan mengorbit dan menyimpulkan batuan ini kemungkinan besar berasal dari udara, mungkin sebagai abu vulkanik, miliaran tahun nan lalu. Namun, saat ini belum ditemukan gunung berapi di letak tersebut.
"Tidak ada gunung berapi nan dikenal di letak ini, nan berfaedah debu ini mungkin berasal dari ratusan alias apalagi ribuan kilometer jauhnya," kata penulis utama studi, Emma Harris, seorang mahasiswa doktoral nan mempelajari sejarah pengetahuan bumi Mars di Museum Sejarah Alam di London, dalam sebuah pernyataan.
"Kemungkinan besar, debu ini berasal dari gunung berapi nan sangat eksplosif nan meluncurkan abu ke atmosfer tinggi dan menempuh jarak jauh sebelum akhirnya jatuh di letak ini."
Misteri Gelap
Para intelektual beranggapan batuan gelap ini mungkin telah melindungi batuan kaya mineral di bawahnya. Batuan kaya mineral inilah nan berpotensi menyimpan tanda-tanda kehidupan. Namun, sedikit nan diketahui tentang gimana batuan permukaan ini terbentuk, kata para peneliti.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang batuan-batuan ini, penulis studi memetakan area seluas 50.000 kilometer persegi menggunakan info dari Context Camera di Mars Reconnaissance Orbiter, sebuah satelit NASA nan telah mencari bukti air purba di Mars sejak 2006.
Batuan gelap ini diduga pernah menutupi seluruh situs tersebut, tetapi sekarang hanya ditemukan dalam tambalan kecil. Para peneliti mengusulkan ini terjadi lantaran abu tersebut dipreservasi di area dengan elevasi lebih rendah di dalam kawah impak, di mana abu tersebut bercampur dengan air tanah.
"Penjelasan nan mungkin untuk letak batuan ini adalah bahwa air tanah nan naik dari dalam kerak Bumi pernah mengisi bagian bawah kawah impak ini," kata Harris. "Ketika abu jatuh di area-air ini, dia menjadi lebih lengket dan terikat. Sisa abu nan jatuh di batuan sekitarnya mungkin hanya tertiup angin dan tidak pernah terpreservasi."
Tim berambisi dapat mempelajari lebih banyak tentang situs ini, nan dikenal sebagai Oxia Planum, setelah misi rover ExoMars Rosalind Franklin tiba tahun 2028. Rover ini tidak dapat melaju di atas batuan gelap lantaran permukaannya nan terlalu tajam, tetapi temuan studi ini menunjukkan rover tersebut bisa mengakses batuan kaya mineral di pinggiran endapan.
Misi Masa Depan ke Planet Merah
Misi rover Rosalind Franklin telah mengalami penundaan besar, sebagian disebabkan perang di Ukraina. Badan Antariksa Eropa (ESA) memutuskan hubungan dengan mitra sebelumnya, Roscosmos, badan antariksa Rusia, setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 2022. Perpecahan ini menyebabkan misi kehilangan jendela peluncurannya pada 2023.
Pada Mei 2024, NASA berasosiasi dengan ESA untuk menyelesaikan misi ini. NASA adalah mitra original proyek rover ini ketika dimulai lebih dari 20 tahun nan lalu, namun mundur lantaran masalah anggaran.
Rover ini bakal bisa mengebor ke dalam permukaan Mars dan mengumpulkan batuan hingga kedalaman 2 meter, nan kemudian bakal dianalisis di laboratorium onboard, menurut ESA.
Para peneliti menargetkan batuan purba untuk kajian mereka lantaran mereka percaya inilah angan terbaik untuk menemukan tanda-tanda kehidupan. Penulis studi baru ini mengusulkan bahwa batuan gelap nan dipelajari di sini terbentuk sekitar periode Noachian tengah hingga awal Hesperian.
"Batuan-batuan ini sangat tua, tetapi inilah waktu dalam sejarah Mars nan mau kita pelajari," kata Harris. "Jika kehidupan pernah ada di Mars, itu sudah sangat lama lantaran planet ini telah kering dan relatif tidak aktif selama tiga miliar tahun terakhir. Jadi, kami mau memandang batuan sebelum periode ini untuk mencari jejak air alias kehidupan mikroba." (Space/Z-3)