Menurut Azrul Ananda kehadiran pemain diaspora di Timnas Indonesia, terutama nan merupakan kelahiran Belanda, komunikasi teknis dan non-teknis di lapangan antara pembimbing dan pemain memang berpotensi menjadi persoalan.
Hal ini tak lepas dari langkah berkomunikasi Shin Tae-yong nan tetap menggunakan bahasa Korea dan memerlukan translator bahasa.
"Beliau tidak bisa bahasa Indonesia, juga tidak bisa bahasa Inggris. Membutuhkan struktur kompleks melibatkan penerjemah, baik Korea-Indonesia maupun Korea-Inggris, apalagi mungkin Indonesia-Inggris," ujar Azrul.
"Selama bertahun-tahun di sini juga tidak belajar bahasa Indonesia. Bandingkan misalnya dengan pekerja Indonesia di Korea, nan pasti kudu bisa bahasa Korea.
"Zaman sekarang ini, keahlian multibahasa sudah tidak bisa terelakkan. Apalagi untuk jabatan, alias pekerjaan, nan berkarakter internasional. Siapa pun tidak bakal bisa kelas bumi jika tidak bisa multibahasa," lanjutnya.